Taiwan masuki era 'tanah air bebas nuklir'

19/05/2025 14:33(Diperbaharui 19/05/2025 14:33)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Reaktor No. 2 di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Maanshan di Kabupaten Pingtung. (Sumber Foto : CNA, 17 Mei 2025)
Reaktor No. 2 di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Maanshan di Kabupaten Pingtung. (Sumber Foto : CNA, 17 Mei 2025)

Taipei, 19 Mei (CNA) Reaktor nuklir terakhir yang beroperasi di Taiwan resmi dimatikan pada Sabtu malam (17/5) seiring berakhirnya lisensi operasional selama 40 tahun, menandai tercapainya status "Tanah air bebas nuklir" yang telah lama diperjuangkan oleh para aktivis anti-nuklir.

Reaktor No. 2 di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Maanshan, Kabupaten Pingtung, mulai mengurangi daya listriknya (output) secara bertahap setelah tengah hari dan diputus dari jaringan serta dimatikan secara aman pada malam hari. Output listriknya mencapai nol sekitar pukul 22.00.

Proses pengangkatan batang bahan bakar dari inti reaktor dijadwalkan dimulai dalam dua hari ke depan. Batang-batang tersebut akan terlebih dahulu ditempatkan di kolam penyimpanan bahan bakar bekas di lokasi. Menurut operatornya, perusahaan milik negara Taiwan Power Co. (Taipower), proses tersebut diperkirakan memakan waktu satu hingga dua minggu.

Reaktor tersebut mulai beroperasi secara komersial pada 18 Mei 1985 dan selama 40 tahun menghasilkan total kumulatif sekitar 274,16 miliar kilowatt-jam listrik, menurut data Taipower.

Beberapa kelompok anti-nuklir berkumpul di Taipei pada Sabtu untuk merayakan penghentian reaktor nuklir operasional terakhir Taiwan.

Serikat Perlindungan Lingkungan Taiwan (TEPU), yang berperan besar dalam gerakan anti-nuklir di Taiwan, mengadakan aksi unjuk rasa di luar Gedung Taipower -- lokasi yang sama di mana kelompok ini meluncurkan aksi jalanan anti-nuklir pertamanya di Taipei pada tahun 1988.

Aksi tersebut mengumpulkan anggota dari beberapa organisasi perlindungan lingkungan termasuk Green Citizens' Action Alliance, dan Taiwan Renewable Energy Alliance serta kelompok sipil anti-nuklir dari Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Filipina, dan India.

Dalam aksi tersebut, Tsui Shu-hsin (崔愫欣), sekretaris jenderal Green Citizens' Action Alliance, mengatakan bahwa meskipun penutupan reaktor nuklir terakhir pada Sabtu patut dirayakan, ia khawatir beberapa aktivis pro-nuklir dan partai oposisi ingin menghidupkan kembali pembangkit listrik tenaga nuklir Taiwan.

Partai oposisi Taiwan, yang memegang mayoritas di Yuan Legislatif, telah mengusulkan referendum baru, kemungkinan pada bulan Agustus, untuk memperpanjang masa operasional Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Maanshan, katanya.

Namun, menurut laporan Bloomberg baru-baru ini, penutupan pembangkit tenaga nuklir — yang sebelum tahun 2015 menyumbang lebih dari 16 persen dari bauran energi Taiwan — akan membawa implikasi biaya yang signifikan.

"Dengan mempertimbangkan pertumbuhan permintaan energi, Taiwan mungkin perlu mengeluarkan sekitar US$2 miliar lebih per tahun untuk pembelian gas alam cair pada tahun 2030, menurut analisis BloombergNEF," demikian laporan tersebut.

Anggota parlemen dari Partai Rakyat Taiwan, Chang Chi-kai (張啟楷), memperkirakan bahwa penghapusan tenaga nuklir dari bauran energi akan meningkatkan biaya pembangkitan listrik sebesar NT$100 miliar (Rp54,499 kuadriliun) per tahun, menurut laporan yang sama.

Pengurangan emisi juga akan menjadi lebih sulit karena Taiwan diperkirakan akan bergantung pada 84 persen bahan bakar fosil untuk bauran listriknya pada tahun 2025 setelah tertinggal jauh dalam pencapaian target pengembangan energi terbarukan.

Namun,  limbah nuklir tetap menjadi persoalan yang harus diselesaikan oleh Taiwan meskipun reaktornya telah dihentikan.

Seorang pejabat dari Komisi Keselamatan Nuklir menyampaikan pada Sabtu bahwa meskipun persoalan terkait fasilitas penyimpanan kering luar ruangan bagi bahan bakar bekas telah diselesaikan, lokasi pembuangan akhir tetap harus ditentukan.

Proses pemilihan lokasi dan komunikasi publik dinilai sebagai tantangan yang akan dihadapi otoritas terkait, ujarnya.

(Oleh Tseng Chih-yi, Wu Hsin-yun, Evelyn Kao, dan Jennifer Aurelia)

>Versi Bahasa Inggris

Selesai/IF

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.