Taipei, 22 Mei (CNA) Institut Penelitian Pertanian Taiwan (TARI) mengatakan mereka telah bekerja sama dengan Jurusan Ilmu Pangan National Chiayi University (NCYU) untuk mengembangkan bubuk ubi jalar probiotik, sebuah produk olahan inovatif yang kaya serat pangan dan antosianin.
TARI baru-baru ini mengatakan bahwa bubuk ubi jalar probiotik menggabungkan keunggulan gizi umbi tetrsebut dengan manfaat sinergis dari campuran probiotik, dan produk ini merupakan inovasi pangan fungsional yang mengandung serat pangan dan antosianin, yang bermanfaat untuk kesehatan.
TARI menjelaskan bahwa ubi jalar adalah salah satu tanaman pangan penting di Taiwan, yang selain kaya nutrisi dan serat pangan, juga mengandung prebiotik alami yang mampu mendukung pertumbuhan bakteri baik di usus, sehingga membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan.
Produk ini menggunakan varietas ubi jalar Tainung No. 57 dan No. 73, dikombinasikan dengan campuran probiotik pilihan dari tim NCYU, kata institut di bawah Kementerian Pertanian tersebut.
Melalui kolaborasi lintas lembaga, kata TARI, mereka berhasil mengembangkan bubuk ubi jalar probiotik dengan kandungan fungsional tinggi, menggabungkan teknologi pangan modern dengan hasil pertanian lokal, yang diharapkan dapat mendorong diversifikasi dan nilai tambah dalam industri ubi jalar.
Dengan luas tanam ubi jalar di Taiwan sekitar 10.000 hektare, perubahan tren konsumsi menjadikan ubi jalar tak hanya sebagai bahan pangan pokok, tetapi juga ikon pangan sehat, kata institut tersebut.
Bubuk ini dibuat dengan proses khusus untuk mempertahankan nutrisi dan rasa manis alami ubi jalar, serta menggabungkan manfaat prebiotik dan probiotik, sementara tidak mengandung pewarna buatan, perisa, maupun bahan pengawet, lanjut TARI.
TARI menambahkan bahwa bubuk ubi jalar probiotik ini cocok digunakan sebagai bahan dasar suplemen kesehatan harian, bisa dicampur dengan yoghurt, susu, atau susu kedelai.
Produk ini juga dapat dikembangkan menjadi minuman fungsional, bar granola, dan minuman instan, sehingga memiliki potensi pasar yang tinggi, menurut institut tersebut.
(Oleh Wang Shu-fen dan Antonius Agoeng Sunarto)
Selesai/JC