Pakar di Taiwan soroti influenza pasca kepergian Barbie Hsu

03/02/2025 17:44(Diperbaharui 03/02/2025 18:10)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Masker medis. (Sumber Foto : Pixabay)
Masker medis. (Sumber Foto : Pixabay)

Taipei, 3 Feb. (CNA) Sejumlah pakar medis di Taiwan hari Senin (3/2) menyoroti flu, penyakit yang disebabkan virus influenza, yang dilaporkan sempat menjangkit aktris Barbie Hsu (徐熙媛) sebelum ia meninggal dunia akibat pneumonia pada usia 48 tahun.

Mantan dokter spesialis penyakit menular di Rumah Sakit National Taiwan University (NTUH) dan penulis blog perjalanan, Kung Hsiang-chi (孔祥琪), melalui sebuah unggahan di Facebook menyampaikan bahwa influenza tidak boleh dianggap remeh.

Selain memiliki tingkat penularan yang tinggi dan mewabah, ujarnya, influenza juga dapat menimbulkan komplikasi serius seperti pneumonia, ensefalitis (radang otak), dan miokarditis (radang dinding otot jantung), sementara virus pilek biasa hampir tidak pernah menyebabkan komplikasi serius.

Ia menjelaskan bahwa pneumonia yang disebabkan influenza dapat dibagi menjadi dua jenis. 

Pertama, kata dia, yang disebabkan serangan langsung virus, dengan infeksi yang cepat dan sangat parah, juga memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dan kadang-kadang terjadi pada kelompok usia muda.

Kedua, lanjut Kung, di mana influenza merusak mekanisme pertahanan tubuh sehingga bakteri dapat masuk dan menyebabkan infeksi, yang dapat diobati secara efektif dengan antibiotik. 

Secara keseluruhan, tingkat kematian akibat flu adalah sekitar satu dari 1.000 kasus, kata Kung.

Kung menyarankan agar kelompok berisiko tinggi seperti lansia di atas 65 tahun, bayi, ibu hamil, dan penderita penyakit kronis (seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, dan gangguan kekebalan tubuh) menerima vaksinasi influenza. 

Ia mengatakan bahwa Hsu meninggal pada usia 48 tahun, jauh lebih muda dari kelompok berisiko tinggi, dan menyoroti bahwa tidak diketahui apakah ada faktor penyakit kronis lain yang berkontribusi.

Mengenai apakah jenis virus flu di Jepang lebih berbahaya daripada di Taiwan, Kung menegaskan tidak ada perbedaan signifikan, di mana keduanya merupakan influenza A (H1N1).

Puncak wabah flu di Jepang telah berlalu, sementara di Taiwan, peningkatan kasus biasanya terjadi setelah liburan Tahun Baru Imlek, ujarnya.

Di sisi lain, Kepala UGD Rumah Sakit Mennonite Christian Hospital, Teng Hsue-ju (鄧學儒), menyatakan bahwa meski sering dianggap sebagai pilek berat, flu bisa memicu komplikasi mematikan seperti pneumonia, miokarditis, dan ensefalitis.

Bahkan pada orang muda, ujarnya, peradangan organ serius akibat flu, seperti miokarditis, bisa menyebabkan kematian mendadak.

Dokter spesialis paru di Rumah Sakit Lee General Hospital, Huang Chao-hsin (黃朝新), menegaskan bahwa flu adalah penyakit pernapasan akut akibat infeksi virus, bukan sekadar pilek. 

Kasus flu di Taiwan biasanya meningkat sejak November, dan risiko penularan meningkat saat libur Tahun Baru Imlek karena mobilitas masyarakat yang tinggi tanpa perlindungan memadai, ujarnya.

Gejala flu yang umum meliputi demam tinggi, kelelahan, nyeri otot, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, pilek, dan batuk, sementara beberapa pasien juga mengalami gangguan pencernaan, kata Teng

Sebagian besar pasien flu bisa sembuh sendiri, namun kelompok berisiko tinggi seperti orang dengan imunitas lemah, lansia, dan anak-anak berisiko mengalami komplikasi berat, ujar Teng, seraya menyarankan penggunaan obat antivirus seperti oseltamivir (Tamiflu) sedini mungkin untuk mengurangi risiko.

Teng menambahkan, jika setelah 2–3 hari gejala flu memburuk, pasien harus segera ke rumah sakit untuk mencegah komplikasi serius seperti pneumonia, miokarditis, atau ensefalitis.

Huang juga mengingatkan pentingnya vaksinasi flu, terutama bagi mereka yang berusia di atas 50 tahun.

Menghadapi puncak musim flu, para dokter mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan pribadi, rajin mencuci tangan, mengenakan masker di tempat umum, dan segera mendapatkan vaksinasi flu untuk mengurangi risiko infeksi dan komplikasi berat.

(Oleh Tsao Ya-yen, Li Hsien-feng, Chao Li-yen, dan Antonius Agoeng Sunarto)

Selesai/JC

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.