Taipei, 16 Juli (CNA) Laporan strategis nasional terbaru Prancis menyoroti latihan militer berulang yang dilakukan Tiongkok di sekitar Taiwan dan menegaskan bahwa tekanan Beijing yang semakin meningkat terhadap Taipei telah menimbulkan kegelisahan di kawasan tersebut, sementara Jepang juga menyoroti intensifikasi latihan militer Tiongkok di sekitar Taiwan sejak 2024.
Tinjauan Strategis Nasional 2025 yang dirilis hari Senin (14/7) di Paris menyatakan bahwa semakin canggih dan intensnya latihan militer Tiongkok di sekitar Taiwan serta upaya berkelanjutan untuk menerapkan strategi "fait accompli" di Laut Cina Selatan mencerminkan ambisi Beijing untuk menjadi lebih tegas di kawasan tersebut.
Laporan juga menyatakan ketidakstabilan kebijakan Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump hanya memperburuk ancaman tersebut.
"Situasi regional sangat berbahaya dan tidak stabil dalam konteks yang ditandai oleh ketidakpastian atas jaminan keamanan yang diberikan Amerika Serikat kepada sekutu dan mitra Asia-nya," kata laporan itu.
Untuk memastikan ambisinya berjalan, laporan tersebut menyatakan, Tiongkok memanfaatkan aksi hibrida yang belum pernah terjadi sebelumnya seperti operasi siber dan perampasan teknologi, khususnya dalam teknologi pertahanan seperti kuantum, kecerdasan buatan, dan teknologi luar angkasa.
Tiongkok juga terus memperluas pengembangan persenjataan nuklirnya, menurut laporan tersebut.
"Pada saat yang sama, Tiongkok terus mengembangkan kemampuan balistiknya dan sinyal strategisnya terutama ditujukan ke Taiwan dan Amerika Serikat," kata laporan itu, mengutip 310 rudal balistik yang diuji pada 2024 dan peluncuran rudal balistik antarbenua dengan jangkauan yang diklaim 12.000 kilometer di Samudra Pasifik.
Laporan tersebut juga menganalisis pentingnya ekonomi Taiwan, dengan menyatakan bahwa ketergantungan strategis kini mengharuskan Prancis mengantisipasi risiko ekonomi global dalam setiap potensi konflik, seperti dalam kasus Taiwan yang digambarkan sebagai "Mata rantai kunci dalam rantai pasok semikonduktor."
Laporan ini diterbitkan pada saat Presiden Prancis Emmanuel Macron telah mengonfirmasi tambahan anggaran militer sebesar 6,5 miliar euro (Rp12,29 triliun) untuk meningkatkan anggaran pertahanan menjadi 64 miliar euro pada 2027, dua tahun lebih cepat dari jadwal.
Buku Putih Pertanan Jepang
Menteri Pertahanan Jepang Gen Nakatani mempresentasikan edisi 2025 buku putih pertahanan Jepang pada Selasa, yang menyoroti intensifikasi latihan militer Tiongkok di sekitar Taiwan sejak 2024, menuduh Beijing berupaya mengisolasi pemerintahan Presiden Lai Ching-te (賴清德).
Dokumen tersebut menyatakan bahwa Tiongkok secara aktif meningkatkan kehadiran militernya di sekitar Taiwan dalam beberapa tahun terakhir dan tren ini tidak hanya berlanjut hingga 2024 tetapi juga semakin intensif.
Sebagai contoh, laporan tersebut menyebutkan, tak lama setelah pelantikan Lai pada Mei 2024, Tiongkok meluncurkan latihan besar-besaran "Pedang Gabungan 2024A". Putaran lain, "Pedang Gabungan 2024B", menyusul setelah Hari Nasional Republik Tiongkok (Taiwan) pada 10 Oktober.
Tujuan latihan militer Tiongkok di sekitar Taiwan termasuk mengkritik pemerintahan Lai, yang Beijing anggap lebih prokemerdekaan dibandingkan pemerintahan sebelumnya di bawah Tsai Ing-wen (蔡英文), serta mencegah AS memperdalam hubungan keamanan dengan Taiwan, menurut laporan tersebut.
Tiongkok juga bertujuan memecah belah masyarakat Taiwan dan semakin mengisolasi pemerintahan Lai dengan menggunakan strategi ganda berupa aksi militer keras bersamaan dengan upaya memperkuat hubungan ekonomi lintas selat, menurut laporan itu.
Buku putih tersebut mencatat bahwa latihan militer Tiongkok di sekitar Taiwan menunjukkan tiga karakteristik utama: pelatihan tempur yang realistis, orientasi propaganda, dan normalisasi.
Dalam hal kesiapan tempur, skenario pelatihan militer Tiongkok mensimulasikan pertempuran nyata dengan asumsi terjadinya "kontingensi Taiwan", menurut laporan tersebut. Secara khusus, Tiongkok secara bertahap memperluas cakupan latihan blokade udara dan lautnya, menurut laporan tersebut.
Dalam hal propaganda, latihan ini berfungsi sebagai pesan politik karena media Tiongkok secara luas menyiarkan rekaman latihan, dan para akademisi dari lembaga penelitian militer memberikan komentar untuk menjelaskan tujuan dan legalitas latihan tersebut, kata laporan.
Upaya propaganda tersebut termasuk video dengan animasi 3D yang mensimulasikan latihan tembakan langsung, yang dirancang untuk meningkatkan dampak psikologis, menurut laporan itu.
Adapun normalisasi, pengerahan dan latihan militer Tiongkok yang berkelanjutan bertujuan untuk menjadikan aktivitas semacam itu sebagai rutinitas, menurut dokumen tersebut.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa meningkatnya tekanan militer Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Tiongkok terhadap Taiwan menunjukkan upaya untuk secara sepihak mengubah status quo melalui kekerasan.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan regional, khususnya di kawasan Indo-Pasifik, menurut laporan itu, seraya menambahkan bahwa Jepang harus terus memantau secara ketat aktivitas militer Tiongkok.
Setelah merilis buku putih tersebut dalam rapat Kabinet, Nakatani mengatakan bahwa karena Tiongkok dengan cepat memperkuat militernya serta memperluas dan mengintensifkan aktivitas militernya, kementerian pertahanan Jepang tidak akan menoleransi upaya pihak mana pun untuk secara sepihak mengubah status quo dengan kekerasan.
Dengan rasa urgensi, Jepang akan secara menyeluruh memperkuat kemampuan pertahanannya dan merespons dengan tenang dan tegas, kata Nakatani.
(Oleh Tai Ya-chen, Yang Ming-chu, Evelyn Kao, Tseng Ting-hsuan, Frances Huang, dan Muhammad Irfan)
>Versi Bahasa Inggris
Selesai/JC