WAWANCARA /Mila Widya Sari: Peraih penghargaan pekerja migran berprestasi di Taipei yang gencar promosikan budaya Indonesia

03/08/2024 15:40(Diperbaharui 03/08/2024 16:08)
Mila, 4 dari kanan. Selain mendapat penghargaan Pekerja Migran Berprestasi, ia juga kerap mengadakan acara-acara promosi kebudayaan seperti di taman 228. (Sumber Foto : CNA Taipei, 28 Juli 2024)
Mila, 4 dari kanan. Selain mendapat penghargaan Pekerja Migran Berprestasi, ia juga kerap mengadakan acara-acara promosi kebudayaan seperti di taman 228. (Sumber Foto : CNA Taipei, 28 Juli 2024)

Oleh Miralux, reporter staf CNA

Pemilik nama lengkap Mila Widya Sari sangat akrab bersosialisasi dengan teman-teman seprofesinya, para pekerja migran yang menyukai tata rias. Hampir setiap minggu bertempat di taman 228, Mila dan teman-temannya berlatih tata rias. Keaktifan mereka inilah akhirnya membuka kesempatan untuk mempromosikan budaya Indonesia di acara-acara yang diselenggarakan oleh pemerintah Taiwan.

Mila melanglang buana ke Taiwan sudah lebih dari 10 tahun. Ia berasal dari Lampung. Darah seni mengalir dari sang ayah dan neneknya yang merupakan seorang perias pengantin. Mila mulai aktif memperkenalkan budaya Indonesia di Taiwan, karena saat itu pengetahuan orang Taiwan akan budaya Indonesia masih sangat terbatas. Mereka hanya tahu Bali.

“Saya pun mulai memperkenalkan budaya yang lain. Kebetulan saat itu dari KDEI, Kepala Bidang Kebudayaannya masih dijabat oleh bapak Agung, dan akhirnya saya usulkan pada beliau untuk juga memperkenalkan budaya-budaya lain dari Indonesia selain Bali. Mulai dari pembicaraan itulah, kami bekerja sama untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia yang beragam,” ujarnya kepada CNA.

Mila mulai memamerkan baju-baju adat dari Indonesia di beragam acara yang ada di Taiwan. Perwakilan pemerintah Indonesia di Taiwan juga kerap memintanya untuk berpartisipasi dalam sejumlah acara seperti peringatan kemerdekaan Indonesia, kegiatan parade budaya hingga mewakili acara pameran Asia Pacific culture yang diikuti oleh 27 negara. Mila dan teman-temannya juga sering diminta presentasi oleh pemerintah Taiwan untuk memperkenalkan budaya Indonesia di berbagai ragam kegiatan.

“Kami juga sering ditanya oleh orang-orang Taiwan mengenai baju-baju yang kami pamerkan seperti dari Lampung, NTT, Padang, Palembang dan sebagainya," kata Mila.

Baju-baju yang kerap dipamerkan pun ternyata sebagian besar didesain dan dijahit sendiri oleh Mila dan teman-temannya.

“Kain songket yang saya gunakan ini khas dari Sumatera Selatan, nah ini saya beli. Namun baju kebaya yang saya pakai ini, dijahit sendiri termasuk baju khas Betawi yang berwarna hijau ini.” Ungkap Mila sambil menunjukkan karyanya saat wawancara di kantor CNA.

Mita (tengah) bersama kedua modelnya memamerkan karya baju hasil desain dan jahitannya saat wawancara di kantor CNA. (Sumber Foto : CNA Taipei, 28 Juli 2024)
Mita (tengah) bersama kedua modelnya memamerkan karya baju hasil desain dan jahitannya saat wawancara di kantor CNA. (Sumber Foto : CNA Taipei, 28 Juli 2024)

Saat ditanya kapan waktunya membuat baju-baju tersebut dikarenakan kesibukannya yang bekerja di sektor industri di Taipei, Mila mengatakan bahwa pengerjaan baju-baju tersebut hanya bisa dikerjakannya pada saat libur dan waktu luang saja.

“Saya di sini (Taiwan) membeli mesin jahit kecil yang portable. Untuk pembuatan satu baju diperlukan waktu hingga dua minggu. Jadi kerjanya dicicil, satu hari mengerjakan lengan, satu hari waktunya memotong, dan hari lain untuk mengerjakan kerah baju dan lain sebagainya.” ungkap Mila yang juga fasih berbahasa Mandarin ini.

Ditanya mengenai darimana ia mempelajari keahliannya, Mila mengatakan bahwa dirinya pernah mengikuti tiga kursus saat di Indonesia seperti kursus menjahit, kecantikan, dan kebidanan.

“Saya sempat berhenti bekerja selama dua tahun dan pulang ke Indonesia. Saat di Indonesia saya mengikuti kursus MUA (Make Up Artist) yang diselenggarakan oleh salah satu akademi yang terkenal di sana," ujarnya.

Ketika ditanya mengapa ia membuka kelas-kelas sukarela di hari Minggu, Mila mengatakan agar teman-teman PMI bisa mengisi waktu libur dengan kegiatan yang bermanfaat.

“Saya ingin mengubah citra negatif PMI menjadi kisah yang positif. Selain itu teman-teman saat pulang ke Indonesia, mereka bisa membawa pulang keahlian yang telah dipelajari. Selain itu saya juga senang berbagi ilmu dan bersama-sama memperkenalkan budaya Indonesia ke orang-orang Taiwan.” Ujar lulusan SMAN 1 Kalianda Lampung ini.

Untuk pembelajaran, biasanya Mila dan teman-temannya berkumpul di taman-taman seperti Chang Kai Sek dan Taman 228 untuk belajar tata rias atau menyanggul. Setelah itu biasanya mereka akan berfoto di taman dengan memakai baju adat atau baju pengantin tadi.

Disinggung soal tanggapan sang majikan mengenai segudang kesibukannya di hari libur, Mila menuturkan bahwa sang majikan mendukungnya. Apalagi ketika Mila pernah menyabet penghargaan dari Pemerintah Kota Taipei sebagai pekerja migran berprestasi pada tahun 2017.

“Bos saya pernah diundang oleh Pemerintah Kota Taipei untuk menghadiri acara pemberian penghargaan untuk saya. Ia (majikan) sampai kaget dan memeluk saya. Dari situlah ia mengetahui bahwa pekerjanya sering mengadakan kegiatan dengan pemerintah dan mengisi waktu liburnya dengan hal-hal yang positif," ngkap Mila dengan mata berbinar.

“Majikan saya adalah boss dari salah satu perusahaan kosmetik di Taiwan, jadi kalau ada kegiatan yang berhubungan dengan tata rias kecantikan, boss saya selalu mengundang saya untuk hadir dan belajar pada seminar atau pelatihan tersebut. Tak hanya itu, majikan saya juga memberikan kelonggaran untuk libur pada hari Sabtu dan Minggu, bahkan tidak ada potongan gaji," Mila menambahkan.

Mila menjadi juara migran berprestasi dari Pemerintah Kota Taipei City pada tahun 2017. (Sumber Foto : Dokumentasi Mila)
Mila menjadi juara migran berprestasi dari Pemerintah Kota Taipei City pada tahun 2017. (Sumber Foto : Dokumentasi Mila)

Selama bekerja di Taiwan, Mila telah menghasilkan beberapa prestasi antara lain : Juara migran berprestasi dari Pemerintah Kota Taipei City pada tahun 2017, juara I lomba pameran budaya lima negara pada tahun 2018, juara II lomba penulisan cerpen tahun 2017, juara II lomba modeling di salah satu TV Taiwan, juara II lomba rias di salah satu perusahaan Indonesia dan menjadi sampul majalah berbahasa Indonesia di Taiwan, serta masih banyak lagi kegiatan lain yang meminta Mila sebagai pengisi acaranya.

Di akhir wawancara, Mila memberi pesan bagi teman-teman PMI yang bisa libur untuk mengisi waktunya dengan kegiatan bermanfaat. Bagi teman-teman PMI yang tidak ada waktu libur, Mila menyarankan agar mereka tetap aktif di waktu-waktu senggang misalnya dengan belajar menulis cerpen, menyulam, atau menjahit.

“Jika ada teman-teman yang tidak bisa libur, tetapi punya keinginan untuk membuka salon, teman-teman bisa melihat di video kita atau dari youtube tutorial. Atau kalau mau bisa telepon dan video call dengan kita, jadi kita bisa berbagi juga," ungkap Mila mengakhiri wawancara.

Selesai/IF

Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.