Praha, 15 Okt. (CNA) Mantan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen (蔡英文) mengatakan pada sebuah forum di Praha, Senin (14/10), bahwa rakyat Taiwan bersatu untuk mempertahankan nilai-nilai demokrasi dan menunjukkan kepada dunia bahwa demokrasi "Tidak dapat dinegosiasikan,” disampaikan menanggapi tekanan Tiongkok pada Taiwan.
Selama lebih dari 50 tahun, kata Tsai, Taiwan telah menghadapi intimidasi berkelanjutan dari rezim komunis Tiongkok, termasuk latihan militer yang digelar pada Senin di sekitar Taiwan.
Manuver militer, yang berakhir pada hari Senin, diberi kode "Pedang Gabungan-2024B" yang melibatkan angkatan darat, laut, udara, dan roket di Selat Taiwan serta wilayah di utara, selatan, dan timur Taiwan
PLA menggambarkan latihan militer tersebut sebagai "Peringatan keras terhadap tindakan separatisme pasukan kemerdekaan Taiwan.
Tiongkok mengklaim Taiwan adalah bagian dari wilayahnya. Sementara Taiwan menentang klaim itu.
Menghadapi intimidasi yang ada dalam latihan militer dan kondisi internasional yang tidak menentu, masyarakat Taiwan dan pemimpin mereka telah menunjukkan ketahanan dan pragmatisme dalam melindungi demokrasi yang telah diperjuangkan dengan keras, ujar Tsai.
"Dengan kata lain, rakyat Taiwan telah berulang kali menunjukkan bahwa demokrasi adalah bagian yang tidak dapat ditawar dari kami," kata Tsai dalam Forum 2000 ke-28.
"Ini juga bagian dari identitas kami yang tak tergoyahkan. Meskipun menjaga jati diri kami memerlukan keberanian dan ketekunan, itu adalah komitmen yang kami buat sebagai orang Taiwan."
Taiwan juga telah bekerja dengan tekun untuk menghadapi paksaan dan intimidasi melalui kolaborasi keamanan dengan sekutu yang berpikiran sejalan melalui upayanya dalam reformasi militer, pertahanan sipil, dan literasi media, kata Tsai.
Namun di negara lain, otoritarianisme telah meningkat, katanya.
"Kami telah melihat bahwa rezim otoriter menjadi semakin percaya diri dari sebelumnya dalam cara mereka memerintah," kata Tsai. "Kami dapat merasakan bahwa mereka kini benar-benar percaya bahwa otoritarianisme lebih adaptif daripada sistem demokrasi."
Melalui aktivitas zona abu-abu, ancaman militer dan invasi, dan perang kognitif serta informasi, rezim otoriter sekarang bertujuan untuk mengikis kepercayaan warga negara terhadap institusi demokrasi, dan mempolarisasi masyarakat demokratis, kata Tsai.
Tsai menambahkan, "Itulah sebabnya, misalnya, Taiwan memberikan dukungan kepada Ukraina setelah negara tersebut diserang oleh Rusia, termasuk menyediakan bantuan kemanusiaan dan bergabung dengan sekutu-sekutu dalam memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Rusia terkait ekspor barang-barang strategis berteknologi tinggi."
Taiwan juga telah menjalin kemitraan dengan negara anggota Uni Eropa, kata Tsai.
"Demokrasi perlu mengirim sinyal bahwa intimidasi dan penggunaan kekuatan terhadap anggota mana pun akan menghasilkan konsekuensi serius," kata Tsai.
Konferensi Forum 2000 tahunan ke-28 tersebut berjudul "Membuktikan Keteguhan dan Ketahanan Demokrasi."
Forum 2000 didirikan pada 1996 sebagai inisiatif bersama dari mendiang Presiden Ceko Václav Havel, filantropis Jepang Yohei Sasakawa, dan Penerima Penghargaan Nobel Perdamaian Elie Wiesel.
Tsai berbicara secara daring pada forum tahunan tersebut selama masa jabatannya pada tahun 2020, 2021 dan 2022.
Sebelum menghadiri Forum 2000, Tsai memberikan penghormatan kepada Havel di Pemakaman Vyšehrad.
Havel, seorang pembangkang ternama yang membantu memimpin penggulingan komunisme pada tahun 1989, terpilih sebagai presiden Cekoslowakia tetapi mengundurkan diri sebelum negara tersebut terpecah menjadi Republik Ceko dan Slovakia pada akhir tahun 1992. Ia meninggal pada usia 75 tahun pada tahun 2011.
(Oleh Liu Yu-ting, Lin Shang-ying, Joseph Yeh, Frances Huang, dan Jennifer Aurelia)
>Versi Bahasa Inggris
Selesai/IF