Philadelphia, 26 Sep. (CNA) Amerika Serikat dan Taiwan 100 persen berkomitmen untuk bersama-sama memproduksi senjata militer, namun tantangan yang muncul dari kompleksitas pengaturan semacam ini bisa menjadi hambatan ke depan, menurut seorang ahli pertahanan pada Selasa (24/9)
Rupert Hammond-Chambers mengatakan kepada CNA di sela Konferensi Industri Pertahanan AS-Taiwan di Philadelphia, yang berakhir Selasa, bahwa ada "Momentum besar di tingkat tertinggi pemerintah AS dan Taiwan untuk produksi senjata bersama."
Komitmen kedua belah pihak terhadap produksi bersama adalah "100 persen," katanya, tetapi mengakui bahwa masih banyak detail yang perlu diatur.
"Saya tidak berpikir ini soal apakah produksi bersama akan terjadi, melainkan apa yang akan diproduksi bersama dan kapan itu akan dimulai," katanya.
Hammond-Chambers mengatakan efektivitas biaya produksi bersama dan pembeli yang akan ditargetkan untuk produk semacam itu juga harus dipertimbangkan dengan adanya sensitivitas kebijakan "satu-Tiongkok" yang diakui oleh sebagian besar negara di dunia.
Ia menambahkan bahwa isu lain, termasuk siapa yang akan menjadi presiden AS berikutnya atau kemungkinan upaya partai oposisi Taiwan untuk memangkas anggaran pertahanan di tahun-tahun mendatang, juga dapat menimbulkan masalah politik yang signifikan.
"Masalah besar ini semua harus dikerjakan, dan kami berada di tahap awal untuk menyelesaikannya," katanya.
Hammond-Chambers mengungkapkan hal ini ketika diminta untuk memberikan komentar tentang prospek kerja sama AS dan Taiwan dalam memproduksi senjata, setelah perwakilan dari kedua pemerintah menyatakan minat terhadap ide tersebut selama Konferensi Industri Pertahanan AS-Taiwan yang berlangsung dari hari Minggu hingga Selasa.
Sejak diluncurkan pada tahun 2002, konferensi tahunan ini telah memfasilitasi keterlibatan antara industri pertahanan AS dan pemerintah Taiwan serta AS dalam masalah keamanan, menurut penyelenggara acara, Dewan Bisnis AS-Taiwan.
Hammond-Chambers adalah presiden dewan tersebut.
Dalam pertemuan tiga hari ini, Wakil Menteri Pertahanan Taiwan Hsu Yen-pu (徐衍璞), yang memimpin delegasi resmi Taiwan, secara terbuka mendesak Washington untuk memasukkan Taipei dalam daftar negara yang terlibat dalam produksi senjata bersama atau berlisensi.
Dalam pidato kunci, Hsu menyampaikan harapannya agar AS mengizinkan Taiwan bergabung dengan negara-negara lain seperti Jepang dan Australia dalam produksi bersama atau berlisensi untuk komponen yang diperlukan bagi jet F-16 dan drone, sehingga membantu AS meningkatkan ekspor sistem senjata tersebut kepada para sekutunya.
Hsu juga mendorong Washington untuk merevisi undang-undang dan regulasi terkait transfer teknologi, yang menurutnya saat ini melibatkan birokrasi yang signifikan dan menyebabkan keterlambatan dalam akuisisi Taiwan terhadap teknologi inti atau komponen yang diperlukan untuk mengembangkan senjata.
Juga pada hari Senin, Jedidiah Royal, wakil asisten sekretaris pertahanan AS utama untuk urusan keamanan Indo-Pasifik, mengatakan AS akan segera meluncurkan Kemitraan untuk Ketahanan Industri Indo-Pasifik (PIPIR).
AS akan memimpin pertemuan perdana PIPIR di Hawaii dua pekan kedepan, menurut seorang sumber yang hadir dalam pidato tertutup tersebut yang mengutip Royal.
PIPIR akan diluncurkan bersama setidaknya 12 sekutu AS di Indo-Pasifik dan Eropa, termasuk Taiwan, untuk mengatasi kendala rantai pasokan terkait senjata, kata Royal, menurut sumber tersebut.
Inisiatif ini diharapkan dapat mempercepat kolaborasi dengan sekutu AS, termasuk Taiwan, untuk mengatasi "kerentanan basis industri pertahanan (DIB)" dan mempercepat produksi sistem senjata.
Selesai/ ML