Taipei, 8 Des. (CNA) Sejumlah tarian tradisional asal Jawa dan Bali ditampilkan dalam acara “Musicking Indonesia: Gamelan Music and Dance Performance” di National Theater and Concert Hall, Chiang Kai Sek Memorial Hall di Taipei, Minggu (8/12).
Digelar dalam rangkaian Indonesia Gamelan Exhibition yang diselenggarakan National Performance Art Center (NPAC), penampil dari sajian tari dan gamelan ini adalah para seniman dari Indonesia dan Taiwan yang mendalami seni tari asal Indonesia. Melalui acara ini, para penampil juga hendak memperkenalkan kekayaan tradisi tari Indonesia dalam hal ini Jawa Tengah dan Bali.
Penampilan dibuka oleh Gamelan Balaganjur yang dimainkan para pelantun dari National Taiwan University. Nada ini biasanya dimainkan dalam prosesi upacara agama Hindu di Bali untuk mengawal pendeta mengambil air suci atau memindahkan altar.
Gamelan ini terdiri dari gong besar, kendang, simbal, gong duduk, dan alat musik lainnya.
Usai satu repertoar dimainkan, Ni Kadek Puspita Dewi dan Gusti Ayu Kadek Yuliani, dua penari asal Bali, tampil membawakan Tari Puspanjali.
Diiringi lagu selamat datang yang diciptakan tahun 1989 oleh komposer terkenal Bali I Nyoman Windha, tarian populer yang biasa ditampilkan untuk menyambut tamu ini seolah mempersilakan para penonton yang berasal dari Taiwan dan Indonesia untuk menikmati pagelaran.
Para repertoar ketiga, penari Indonesia yang berbasis di Taipei, Anastasia Melati, menampilkan tari Golek Lambangsari dari tradisi Keraton Yogyakarta.
Dalam penjelasannya, tari ini dikembangkan sebagai tari tunggal putri di keraton, terinspirasi dari gerak-gerak tari rakyat yang berkisar pada tema mempercantik dan memodifikasi individu.
Tarian Golek Lambangsari yang dibawakan kali ini diciptakan tahun 1978 oleh master tari keraton Yogyakarta Sasminta Dipura. Tari ini terkenal dengan dinamika musik dan nomor tarinya.
Di sela jeda, Anastasia yang juga merupakan master di bidang tari memperkenalkan kepada penonton gerak dasar tari Jawa Tengah dan konsep estetika yang melatarbelakanginya.
Pagelaran dilanjutkan oleh tarian Yogyakarta lainnya, yakni Sari Kusuma yang ditampilkan tiga penari Taiwan, Cheng Yin-Chen (鄭尹真), Lin Yu-chen (林佑貞), dan Vivian Liao (廖穎怡).
Karya penari keraton kenamaan Yogyakarta Sasminta Mardawa ini menampilkan intisari keindahan. Ini terdiri dari gerakan dasar yang berbeda-beda, dan penari harus sangat fokus pada teknik.
Selain itu, juga ada demonstrasi dan penjelasan gamelan di Bali oleh praktisi Lau Yick-sau (廖穎怡). Ia memperkenalkan penonton pada cara penyeteman gamelan, struktur dasar musik, teknik jalinan, dan ciri-ciri musik lainnya.
Ini dilanjut dengan penampilan Gilak Sasak yang berasal dari gamelan masyarakat Sasak yang tinggal di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Walaupun menganut agama Islam, namun karena letak geografisnya yang dekat dengan Bali, budaya musik dan tari mereka banyak memiliki kemiripan dan saling memengaruhi dengan pulau dewata.
Acara ini kemudian ditutup Tari Margapati yang disajikan Kaleb Fransgo. Disusun pada tahun 1942, tarian ini menampilkan perburuan heroik Raja Hutan.
Penarinya menggunakan gerakan mata yang tajam, jabat tangan yang tiba-tiba, dan langkah kaki yang cepat, diiringi dengan irama musik yang kuat dan cepat, menghadirkan keadaan seperti harimau di hutan.
Lagu ini menonjolkan suasana kebyar yang kompak bak kobaran api, memancarkan energi yang menggebu-gebu.
Usai pertunjukan, penonton dapat merasakan instrumen yang dipimpin Orkestra Gamelan.
Selesai/JC