FEATURE /Berlayarnya hati "ksatria" muda Taiwan ke Indonesia

08/09/2024 10:49(Diperbaharui 08/09/2024 12:43)
Huang Yi-ting, mahasiswa Taiwan di Jurusan Bahasa dan Budaya Asia Tenggara National Chengchi University. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA)
Huang Yi-ting, mahasiswa Taiwan di Jurusan Bahasa dan Budaya Asia Tenggara National Chengchi University. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA)

Oleh Jason Cahyadi, penulis staf CNA

Mahasiswa Taiwan yang mempelajari Asia Tenggara semakin banyak dalam beberapa tahun terakhir. Huang Yi-ting (黃逸廷) salah satunya, seorang pemuda Taiwan yang mempelajari bahasa Indonesia di National Chengchi University (NCCU). Ia yang mulanya tidak memiliki gambaran apa-apa tentang Indonesia kini merasa lebih cocok tinggal di sana ketimbang di Taiwan.

Tumbuhnya keinginan itu

Kepada CNA, Huang yang besar di Hsinchu mengatakan bahwa pada awalnya ia tidak punya rencana untuk mempelajari bahasa Indonesia. Bahkan, sampai saat mempersiapkan ujian masuk universitas, ia hanya tahu bahwa ia ingin belajar bahasa asing, tanpa tujuan yang jelas.

Namun, ia secara tidak sengaja memilih Kelompok Bahasa Indonesia, yang tergabung dalam Program Studi Sarjana Bahasa dan Budaya Asia Tenggara di NCCU, meski pada awalnya tidak memiliki gambaran apa-apa tentang negara tersebut kecuali kentalnya budaya Islam di sana.

Setelah masuk ke NCCU pada 2022, Huang mengatakan bahwa dosennya sering membawanya ke berbagai acara Indonesia yang diadakan di Taiwan. Pengalaman pertamanya bertemu kebudayaan Indonesia adalah melalui batik, di sebuah acara yang diadakan di Taipei.

Huang Yi-ting (kanan) saat pergi ke Indonesia. (Sumber Foto : Huang Yi-ting)
Huang Yi-ting (kanan) saat pergi ke Indonesia. (Sumber Foto : Huang Yi-ting)

Pada suatu waktu ia pun memutuskan untuk pergi ke Indonesia. Perjalanannya ke Yogyakarta membuatnya merasa "Lebih cocok hidup di Indonesia ketimbang di Taiwan," di mana ia menyukai lingkungan dan cara hidup di sana.

Selain itu, kata Huang, di Indonesia, orang-orang dapat melihat berbagai budaya, pemandangan, dan mencicipi berbagai makanan yang membuat mereka ingin kembali ke sana berulang kali.

Kini ia bahkan juga sering dipanggil dengan nama khas Indonesia, Satriya, yang diberikan salah satu dosennya bersamaan dengan maknanya, "ksatria" -- prajurit yang gagah berani.

Sebuah perjuangan

Huang Yi-ting (kiri) saat ia bekerja paruh waktu di sebuah toko buku keliling bertema Asia Tenggara di aula Taipei Main Station. (Sumber Foto : Huang Yi-ting)
Huang Yi-ting (kiri) saat ia bekerja paruh waktu di sebuah toko buku keliling bertema Asia Tenggara di aula Taipei Main Station. (Sumber Foto : Huang Yi-ting)

Tidak hanya di kelas, Huang juga terlibat dalam budaya Indonesia melalui berbagai kegiatan dan pekerjaan paruh waktu. Misalnya, di sebuah toko buku keliling yang bertema Asia Tenggara.

Pada hari Minggu, ia membawa koper yang penuh buku berbahasa Indonesia ke aula Taipei Main Station untuk menyediakan layanan peminjaman kepada orang-orang yang lewat.

Dalam proses ini, Huang sering bertemu dengan teman baru, seperti pekerja migran dan orang Taiwan yang juga tertarik dengan Indonesia

Ia pun menceritakan kegiatan ini membawanya lebih dekat dengan teman-teman Indonesia yang ada di Taiwan. Kadang-kadang, ada beberapa dari mereka yang berbincang dengannya, menemaninya berlatih bahasa Indonesia, atau bahkan membagikan makanan yang mereka masak kepadanya.

"Saya mendapatkan banyak dari pengalaman ini," kata Huang.

Huang Yi-ting (kanan) ketika ia pergi ke Indonesia pada musim panas tahun ini. (Sumber Foto : Huang Yi-ting)
Huang Yi-ting (kanan) ketika ia pergi ke Indonesia pada musim panas tahun ini. (Sumber Foto : Huang Yi-ting)

Pada musim panas ini Huang juga melakukan perjalanan ke Indonesia, di mana ia melihat banyak hal dan "Terlalu banyak cerita yang terjadi," tetapi yang paling menarik adalah ketika ia sedang di Surabaya dan menjalankan ibadah Islam.

Program Studi Sarjana Bahasa dan Budaya Asia Tenggara NCCU baru saja ditransformasi menjadi Jurusan Bahasa dan Budaya Asia Tenggara pada tahun akademik 2024/2025.

Menurut Huang, hal ini dapat menunjukkan semakin meningkatnya kebutuhan Taiwan terhadap bahasa Asia Tenggara. Ia juga mengungkapkan harapannya agar ini dapat menarik lebih banyak perhatian dari luar.

Berbagai budaya Asia Tenggara sudah lama masuk ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Taiwan, kata Huang, "Hanya saja menunggu kita untuk menemukannya."

Ke mana cinta akan membawa sang "ksatria"?

Huang Yi-ting saat di Surakarta, Indonesia. (Sumber Foto : Huang Yi-ting)
Huang Yi-ting saat di Surakarta, Indonesia. (Sumber Foto : Huang Yi-ting)

Kini Huang telah menetapkan tujuannya, yakni untuk bekerja dan menetap di Indonesia. Ia juga mengakui ia sudah bisa beradaptasi dengan negara tersebut, setelah mengunjungi beberapa kota di sana.

"Saya memiliki keinginan yang kuat untuk tinggal di Indonesia dalam jangka panjang," kata Huang yang kini berusia 20 tahun. Menurutnya, kemampuan bahasa Mandarin dan Indonesia yang ia miliki dapat memberikannya peluang kerja di sana.

Selain itu, kata Huang, ia ingin menjelajahi budaya Indonesia dengan lebih baik, karena di Taiwan informasi tentang budaya negara tersebut sangat sedikit, baik dari segi akademis maupun wisata.

Untuk saat ini, ia berharap dengan mempelajari budaya dan bahasa ia dapat lebih mengenal banyak teman Indonesia yang ada di Taiwan.

Keberagaman bahasa dan budaya di Indonesia memberikan daya tarik, kata Huang, seraya menuturkan harapannya agar negara tersebut dapat menjaganya dengan baik.

Selesai/JA

Huang Yi-ting (tengah) saat mengunjungi Keraton Surakarta Hadiningrat di Indonesia. (Sumber Foto : Huang Yi-ting)
Huang Yi-ting (tengah) saat mengunjungi Keraton Surakarta Hadiningrat di Indonesia. (Sumber Foto : Huang Yi-ting)
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.