Kabinet sebut tarif 20% belum final, pembicaraan dengan AS akan berlanjut

01/08/2025 13:25(Diperbaharui 01/08/2025 13:25)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Yuan Eksekutif. Foto arsip CNA
Yuan Eksekutif. Foto arsip CNA

Taipei, 1 Agustus (CNA) Satuan tugas ekonomi dan perdagangan AS-Taiwan di bawah Yuan Eksekutif mengatakan pada hari Jumat bahwa tarif 20 persen yang diumumkan sebelumnya pada hari itu oleh Gedung Putih terhadap barang-barang Taiwan bersifat "Sementara," dan negosiasi antara kedua belah pihak akan terus berlanjut.

Satuan tugas tersebut mengatakan tarif "Sementara" itu diumumkan karena Amerika Serikat dan Taiwan belum menyelesaikan pembicaraan hingga batas waktu 1 Agustus, akibat jadwal yang ditetapkan oleh Washington, yang harus mengadakan negosiasi dengan beberapa negara.

1 Agustus: Taiwan mengatakan negosiasi dengan AS untuk menurunkan tarif 20% masih berlangsung

Kedua belah pihak kini sedang merencanakan putaran pembicaraan berikutnya untuk mencapai kesepakatan dan menurunkan tarif tersebut, kata satuan tugas itu.

Rencana tarif Trump pertama kali diumumkan pada 2 April sebagai bagian dari paket besar yang mencakup usulan bea masuk 32 persen untuk barang dari Taiwan.

Pelaksanaannya awalnya ditunda selama 90 hari, sehingga batas waktunya mundur ke 9 Juli, dan kemudian diperpanjang hingga 1 Agustus untuk memberi waktu lebih bagi mitra dagang Washington bernegosiasi menurunkan tarif.

Tarif 20 persen atas barang Taiwan ini lebih tinggi dibandingkan tarif yang dikenakan pada beberapa negara tetangga -- termasuk Jepang dan Korea Selatan (15 persen), serta Thailand, Malaysia, Indonesia, Kamboja, dan Filipina (19 persen) -- namun lebih rendah dari India (25 persen) dan sama dengan Vietnam (20 persen).

Kekhawatiran atas daya saing Taiwan meningkat, karena tarifnya lebih tinggi dibandingkan yang dikenakan pada Jepang dan Korea Selatan, sementara banyak produk mereka bersaing di pasar global.

Wakil Perdana Menteri Cheng Li-chiun (鄭麗君) baru-baru ini memimpin delegasi ke Washington untuk putaran keempat pembicaraan dagang, kata satuan tugas itu. Kedua belah pihak telah menyelesaikan "Konsultasi teknis" selama kunjungan tersebut.

Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick menyatakan optimisme atas kemajuan yang dicapai, menurut satuan tugas itu.

Kedua belah pihak masih memerlukan pembicaraan lebih lanjut untuk mencapai kesepakatan akhir, dan Taiwan akan berupaya bertemu dengan perwakilan AS secepat mungkin untuk menegosiasikan tarif yang lebih rendah, kata satuan tugas tersebut.

Menurut Gedung Putih, negara-negara yang telah mencapai perjanjian perdagangan dan keamanan yang "bermakna" dengan AS meliputi Uni Eropa, Jepang, Inggris, Korea Selatan, Filipina, Indonesia, dan Vietnam -- namun tidak termasuk Taiwan.

"Beberapa negara, melalui negosiasi, telah menawarkan persyaratan yang, menurut penilaian Presiden, tidak cukup mengatasi keadaan darurat nasional yang ia nyatakan pada 2 April," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

Pembicaraan mendatang diperkirakan akan membahas kemungkinan tarif atas semikonduktor -- tulang punggung ekspor Taiwan -- yang terancam oleh Presiden AS Donald Trump, kata satuan tugas itu.

Pemerintahan Trump telah meluncurkan penyelidikan berdasarkan Bagian 232 dari Trade Expansion Act tahun 1962 untuk kemungkinan tarif atas impor semikonduktor.

Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. (TSMC), yang sedang berinvestasi sebesar US$65 miliar di Arizona dan telah berkomitmen tambahan US$100 miliar, telah memperingatkan Washington bahwa tarif di masa depan atas semikonduktor Taiwan dapat menurunkan permintaan chip dan membahayakan rencana investasinya di negara bagian tersebut.

Sejalan dengan satuan tugas, Perdana Menteri Cho Jung-tai (卓榮泰) mengatakan tim negosiasi Taiwan akan mengikuti instruksi Presiden Lai Ching-te (賴清德) untuk "melindungi kepentingan nasional dan industri serta memastikan keamanan pangan dan kesehatan masyarakat" selama pembicaraan, agar Taiwan dapat terus maju.

(Oleh Lai Yu-chen, Frances Huang, dan Muhammad Irfan)

>Versi Bahasa Inggris
How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.