Pakar: Tarif 20% yang diberlakukan AS 'bukan yang terburuk'

01/08/2025 13:28(Diperbaharui 01/08/2025 13:28)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Foto file CNA
Foto file CNA

Taipei, 1 Agustus (CNA) Tarif 20 persen yang dikenakan oleh Amerika Serikat terhadap ekspor Taiwan adalah "bukan yang terburuk," karena untuk mendapatkan tarif yang lebih rendah Taiwan harus membayar harga yang sangat mahal, kata ekonom Universitas Tunghai, Darson Chiu (邱達生), pada hari Jumat.

Berbicara kepada CNA, Chiu mengatakan tarif 20 persen tersebut lebih tinggi dari yang diharapkan dan jauh dari ideal, namun bukan hasil terburuk, karena tim negosiasi Taiwan tetap teguh pada batas bawah mereka untuk menghindari membayar harga yang jauh lebih tinggi.

Chiu mengatakan bahwa jika tidak demikian, Taipei bisa saja mencapai kesepakatan dengan Washington sebelum tenggat waktu 1 Agustus dan mendapatkan tarif 15 persen -- setara dengan Jepang dan Korea Selatan, yang merupakan pesaing langsung Taiwan di pasar global.

Rencana tarif Presiden AS Donald Trump pertama kali diumumkan pada 2 April sebagai bagian dari paket besar yang mencakup usulan bea masuk 32 persen atas barang-barang Taiwan.

Pelaksanaannya awalnya ditunda selama 90 hari, sehingga tenggat waktu mundur ke 9 Juli, dan kemudian diperpanjang hingga 1 Agustus untuk memberi waktu lebih banyak kepada mitra dagang Washington untuk menegosiasikan tarif yang lebih rendah.

Menurut Gedung Putih, negara-negara yang telah mencapai perjanjian perdagangan dan keamanan yang "Bermakna" dengan AS meliputi Uni Eropa, Jepang, Inggris, Korea Selatan, Filipina, Indonesia, dan Vietnam -- namun tidak termasuk Taiwan.

"Beberapa negara, melalui negosiasi, telah menawarkan persyaratan yang, menurut penilaian Presiden, tidak cukup mengatasi keadaan darurat nasional yang ia nyatakan pada 2 April," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

Meskipun pemerintah belum mengungkapkan rincian tentang negosiasi dengan AS, Chiu mengatakan bahwa jika Taiwan setuju untuk berinvestasi sebesar US$400 miliar (Rp 6,5 kuadriliun) di AS demi mendapatkan tarif 15 persen -- seperti yang diantisipasi pasar -- investasi tersebut akan setara dengan hampir 50 persen dari PDB Taiwan tahun lalu dan dapat merusak perkembangan ekonomi jangka panjang negara itu.

Jepang telah setuju untuk berinvestasi sebesar US$550 miliar di AS dan membuka pasar pertaniannya, termasuk beras, untuk eksportir Amerika, sementara Korea Selatan telah berjanji untuk berinvestasi sebesar US$350 miliar.

Chiu mengatakan bahwa meskipun tarif 15 persen akan membantu Taiwan mempertahankan keunggulan kompetitifnya terhadap Jepang dan Korea Selatan, hal itu mungkin akan menimbulkan biaya di bidang lain.

Sebagai negara demokrasi, Taiwan memerlukan persetujuan Yuan Legislatif untuk setiap perjanjian dagang dengan AS, dan membangun konsensus domestik akan menjadi tantangan besar bagi pemerintah, katanya.

Chiu menambahkan bahwa karena posisi Taiwan dalam pembicaraan adalah untuk melindungi kepentingan nasional dan industri serta memastikan keamanan pangan dan kesehatan masyarakat, ia percaya pemerintah telah menilai situasi dengan hati-hati dan memilih untuk tidak membuat konsesi berlebihan untuk saat ini, melainkan memilih untuk melanjutkan negosiasi lebih lanjut demi kepentingan Taiwan.

Setelah pengumuman tarif 20 persen, Taiex, indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Taiwan, anjlok hingga 374,25 poin sesaat setelah pasar dibuka sebelum pulih sebagian dari kerugiannya.

Hingga pukul 11:10 pagi, indeks turun 112,11 poin, atau 0,48 persen, menjadi 23.430,41.

(Oleh Pan Tzu-yu, Frances Huang, dan Muhammad Irfan)

>Versi Bahasa Inggris

Selesai/IF

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.