Taipei, 29 Des. (CNA) Sebanyak 27 anak buah kapal (ABK) migran Indonesia berkumpul di Pelabuhan Wanli, New Taipei untuk menyaksikan serah terima donasi untuk mereka dari Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia (IPTI) pada Minggu (28/12) sore.
Dalam kegiatan yang berlangsung di musala Nurus-Syifaa ini, turut hadir Agustina Setyaningsih, analis Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei, yang mendengarkan permasalahan yang dialami para ABK.
Kevin Julianto, ketua IPTI kepada CNA mengatakan pihaknya sebelumnya menerima kabar bahwa ABK memerlukan banyak jaket dan baju hangat saat musim dingin, sementara juga mendengar ada beberapa ABK di Wanli yang terkena pemutusan hubungan kerja secara sepihak oleh majikan.
Oleh karena itu, kata Kevin, ia dan rekan-rekannya berinisiatif untuk memberikan bantuan berupa bahan makanan dan minuman herbal yang diperlukan ABK ketika mereka tidak ada pekerjaan.
"Tetap semangat untuk para ABK dan jaga kesehatan selama musim dingin ini. Jika perlu bantuan, silakan untuk menghubungi, kami siap membantu," ujar Kevin yang telah tinggal di Taiwan selama tujuh tahun ini.
Kevin juga menuturkan bahwa donasi yang diberikan sangat beragam, seperti baju-baju hangat sehari-hari, jaket, alas tidur, selimut, hingga kipas angin penghangat, yang jumlahnya sekitar lebih dari 200 buah, di samping bahan-bahan makanan seperti mi instan hingga minuman herbal asal Indonesia.
Ketua Wanli Community, Sutarno, yang akrab disapa dengan nama panggilan Buang, mengutarakan rasa terima kasihnya pada para donatur, yang bukan hanya dari IPTI saja, melainkan juga beberapa komunitas lain.
"Alhamdulilah ada sumbangan donasi yang berguna sekali untuk kami para ABK. Apalagi saat ini musim dingin butuh pakaian tebal agar tidak kedinginan selama bekerja di laut. Sekali lagi terima kasih banyak untuk bantuannya kepada kami," ujar Buang, ABK yang berasal dari Cirebon ini.
Kegiatan yang dihadiri sembilan relawan ini tak hanya menyumbangkan barang-barang kebutuhan ABK saja, tetapi juga berdialog bersama mengenai permasalahan yang dialami ABK.
Jason Lee (李正新), aktivis Rerum Novarum kepada CNA mengatakan kebutuhan dasar yang mendesak bagi para ABK saat ini adalah mempunyai mes atau tempat tinggal yang layak untuk beristirahat saat berada di darat.
"ABK semua kini masih tinggal di kapal. Selesai bekerja masih harus tinggal di kapal. Pemerintah Taiwan harus bisa meminta majikan menyediakan mes atau tempat tinggal untuk beristirahat saat ABK mendarat, bukannya tidur di kapal," ujar Jason.
Selesai/JC