Taipei, 29 Des. (CNA) Tekanan ekonomi berdampak signifikan terhadap kesehatan mental anak dan remaja dari keluarga kurang mampu, dengan 92 persen responden survei menyatakan kesulitan ekonomi memengaruhi kondisi mereka, serta lebih dari separuh mengalami perasaan depresi dan rendah diri, menurut Taiwan Fund for Children and Families (CCF).
CCF pada pertengahan Desember menggelar konferensi pers untuk merilis hasil penelitian dengan survei yang mengungkap bahwa tekanan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap kondisi psikologis anak dan remaja dari kelompok rentan, serta meningkatkan risiko gangguan emosional.
Menurut hasil survei, 92 persen responden menyatakan bahwa kesulitan ekonomi keluarga berdampak pada diri mereka. Sekitar 90 persen merasa pendapatan keluarga mereka lebih rendah dibandingkan keluarga lain, sementara 73 persen merasakan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Anak dan remaja yang keluarganya mengalami kesulitan berat dalam mencukupi pengeluaran hidup tercatat memiliki tingkat gangguan emosional yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang mengalami tekanan ekonomi lebih ringan, menurut CCF.
Survei tersebut, menurut yayasan, juga menunjukkan bahwa kondisi kesehatan mental anak dan remaja dari keluarga kurang mampu masih menghadapi tantangan besar.
Dalam satu bulan terakhir, 63,5 persen responden merasa dirinya tidak sebanding dengan orang lain, 59,7 persen mengalami perasaan depresi dan suasana hati yang rendah, serta 56,5 persen pernah mengalami gangguan tidur, yang menimbulkan rasa cemas dan tertekan, menurut CCF.
Namun, survei juga menemukan adanya faktor pelindung yang kuat. Sebanyak 65,1 persen anak dan remaja memiliki hubungan yang dekat dengan pengasuh utama, 56,8 persen merasa aman bersama keluarga, 78,7 persen dapat hidup rukun dengan teman sebaya, dan 75,5 persen memiliki interaksi sosial yang baik.
Hal ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga dan hubungan sosial merupakan sumber kekuatan pemulihan yang penting, menurut CCF.
Salah satu anak penerima bantuan, A Chen (阿辰), tumbuh menyaksikan ibunya yang merupakan seorang imigran baru yang berjuang sendirian menopang ekonomi keluarga.
Ia memahami beratnya perjuangan sang ibu, namun tetap merasa tertekan karena keterbatasan ekonomi membuatnya tidak dapat mengikuti bimbingan belajar, sehingga prestasinya tertinggal dari teman-temannya.
Saat masuk SMP, ia bergabung dengan program pengembangan remaja yang diselenggarakan CCF, mulai membangun rasa percaya diri dan meningkatkan kemampuan kepemimpinan, hingga bahkan dipercaya menjadi asisten pengajar dan mendampingi anggota baru.
Direktur Eksekutif CCF, Rick Chou (周大堯), mengatakan pendampingan yang berkelanjutan dan akumulasi pengalaman positif merupakan kunci bagi anak-anak untuk keluar dari kesulitan dan membangun ketahanan diri.
CCF, kata Chou, menyediakan berbagai layanan seperti kegiatan guna memastikan anak-anak dari kelompok rentan mendapatkan dukungan selama masa pertumbuhan.
Menurut Chou, hubungan yang stabil dan ikatan yang hangat akan menjadi landasan penting bagi anak-anak dalam menghadapi tantangan di masa depan. Ia berharap masyarakat dapat bergandengan tangan, mendampingi lebih banyak anak dan remaja yang menghadapi kesulitan hidup.
(Oleh Hao Hsueh-ching dan Agoeng Sunarto)
Selesai/JC