Hanoi, 17 Nov. (CNA) Viet Hoa International School (VHIS) pada Jumat (14/11) meraih medali emas dalam ajang International Science and Invention Fair (ISIF) yang digelar Indonesian Young Scientist Association (IYSA), membuat bendera negara Republik Tiongkok (Taiwan) terpampang di atas panggung.
Tim yang beranggotakan lima pelajar dari VIHS dan Taipei School in Ho Chi Minh City ini mengangkat penelitian tentang bagaimana fermentasi probiotik dapat meningkatkan fungsi otak melalui sumbu otak-usus, dan berhasil menonjol di antara ratusan karya inovatif dari Eropa, Amerika, dan Asia.
Anggota tim, Hsu Tzu-yun (徐孜昀), yang sejak kecil terpesona oleh ilmu pengetahuan, menjelaskan dalam wawancara dengan CNA bahwa mereka berhasil menemukan "rahasia" hubungan sumbu otak-usus.
"Produk metabolit dari fermentasi probiotik berupa asam organik dapat melewati penghalang darah-otak, merangsang aktivasi sel otak, sehingga meningkatkan kemampuan pengenalan ruang dan memori," kata Hsu.
Hsu paling senang mengamati tikus kecil menjelajahi labirin, dan berterima kasih kepada sekolah yang menyediakan lingkungan dan peralatan penelitian. "Penelitian ini adalah misteri yang belum terpecahkan di dunia sains, jadi tidak mungkin ditiru," ujarnya.
Sementara itu, Lee Chun-chieh (李俊傑) mengatakan bahwa kompetisi ini bukan hanya tentang memenangkan penghargaan, tetapi juga perjalanan belajar yang berharga.
"Sangat bangga bisa memenangkan medali emas untuk Republik Tiongkok. Ini membuat saya sangat bangga, menjadi pengakuan besar, sekaligus titik awal baru. Saya akan terus meneliti, berharap suatu hari dunia dapat melihat Taiwan di panggung internasional lagi," kata Lee.
Yen Ching-hsiang (嚴靖翔) mengatakan, "Guru, teman, dan orang tua bekerja sama, mempersiapkan kompetisi ini dalam waktu lama, menghabiskan banyak energi untuk melakukan eksperimen, sehingga kami merasa sangat puas."
Yen juga menyatakan ia menyukai kamp sains yang diselenggarakan sekolah setiap akhir pekan, karena bisa langsung praktek dan berdiskusi di laboratorium bersama teman-teman.
Su Mu-yun (蘇慕昀) menambahkan, "Hingga sekarang saya masih agak tidak percaya bisa menang di Indonesia. Berdiri di panggung bersama tim sangat istimewa. Ada banyak peserta dari berbagai negara, sehingga pertukaran ide sangat bermanfaat bagi kami."
Chuang Chi-cheng (莊騏成), yang berharap dapat memberikan kontribusi pada penelitian manusia di masa depan, menilai bahwa inti kompetisi adalah percaya diri dan berinteraksi dengan tim lain untuk memahami cara berpikir mereka.
"Saat menerima medali emas, mengibarkan bendera Republik Tiongkok dan Vietnam di atas panggung membuat darah saya bergejolak, karena ini adalah kehormatan bagi kampung halaman tercinta," kata Chuang.
Pada awal November, VHIS juga memenangkan penghargaan pertama di Romanian Science and Technology Fair dengan penelitian tentang pengaruh suplemen Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium terhadap pembelajaran dan memori spasial tikus berdasarkan percobaan labirin air Morris.
Penelitian ini menjadi dasar karya yang memenangkan penghargaan di Indonesia dan secara langka berhasil mendapatkan rekomendasi dari Rumania, sehingga pada kompetisi internasional berikutnya tidak perlu melalui babak penyisihan.
VHIS, yang berdiri enam tahun lalu, memiliki lebih dari 300 siswa. Untuk mempersiapkan pembukaan jenjang SMA tahun depan, sejak Agustus sekolah menyelenggarakan kamp sains akhir pekan, dengan beberapa doktor merancang kurikulum berbasis proyek, termasuk pemrograman dan kecerdasan buatan.
Pihak VHIS juga membuka partisipasi bagi siswa dari Taipei School in Ho Chi Minh City dan sekolah lain, yang mendorong terbentuknya tim lintas sekolah untuk kompetisi ini.
Pendiri VHIS sekaligus anggota Dewan Urusan Komunitas Luar Negeri Taiwan, Hsieh Ming-hui (謝明輝), yang memimpin tim, menyatakan sekolahnya menggabungkan keunggulan pendidikan Taiwan dengan perspektif internasional, membina pelajar berwawasan global yang inovatif dan mampu meneliti.
Menurut Hsieh, penghargaan ini tidak hanya menunjukkan prestasi guru dan pelajar VHIS dalam pendidikan penelitian, tetapi juga melambangkan keberhasilan dan penguatan hubungan antara sistem pendidikan diaspora Tionghoa di Vietnam dengan pendidikan Taiwan.
Wakil Kepala VHIS yang membimbing tim, Yang Kun-lin (楊昆霖) menekankan bahwa keberhasilan beruntun pelajar sekolahnya di kompetisi internasional membuktikan pendidikan lintas bidang sains, teknologi, rekayasa, dan matematika (STEM) yang diterapkan mereka telah mencapai standar internasional.
ISIF, yang tahun ini memasuki edisi ke-7-nya dan digelar di Bali, adalah kompetisi kreativitas di bidang inovasi dan penemuan ilmiah di kalangan pelajar dan mahasiswa, yang diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi di bidang sains, pendidikan, lingkungan, dan ilmu sosial, menurut penyelenggara.
Melalui kompetisi ini, para ilmuwan muda dan penemu tidak hanya didorong untuk mengembangkan ide-ide revolusioner, tetapi juga memperoleh pengalaman berharga dalam kolaborasi dan pertukaran pengetahuan dengan rekan-rekan dari seluruh dunia, kata penyelenggara.
(Oleh Tseng Ting-hsuan dan Jason Cahyadi)
Selesai/IF