Taipei, 15 Nov. (CNA) Sastra Taiwan semakin diminati pembaca luar negeri, terutama di Korea Selatan, namun masih kesulitan mempertahankan momentum jangka panjang, kata para penerjemah, dengan menyoroti tantangan seperti keterbatasan dana, berkurangnya jaringan penerjemah, dan paparan yang tidak merata di pasar internasional.
Pada International Forum on Taiwan Literature Translation and Publishing di Tainan, penerjemah Korea Kim Tae-sung mengatakan bahwa sastra Taiwan telah membuat "kemajuan luar biasa" di Korea Selatan dalam beberapa tahun terakhir, karena jauh lebih sedikit karya dari Tiongkok yang diterjemahkan dan diterbitkan, sehingga mendorong pembaca untuk beralih ke cerita Taiwan yang beragam dan matang.
"Dalam waktu kurang dari dua tahun, edisi Korea Selatan dari 'Ghost Town' terjual lebih dari 30.000 eksemplar," kata Kim. "Sastra Taiwan telah menjadi lebih canggih dalam tema dan gaya, dan kualitasnya lah yang menarik pembaca Korea Selatan," ujarnya.
“Sementara itu, di Jepang, Wu Ming-yi (吳明益) adalah penulis Taiwan paling populer, dan beberapa karyanya bahkan diterbitkan ulang dalam edisi saku,” kata penerjemah senior Etsuko Uozumi, yang telah lama berkomitmen mempromosikan karya sastra masyarakat adat Taiwan.
"Jarang sekali sastra Taiwan diterbitkan dalam format tersebut, yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah pembaca meskipun skala pasarnya kecil," ujarnya.
Namun, Uozumi juga menyoroti hambatan yang dihadapi sastra Taiwan di Jepang, khususnya pendanaan yang terbatas dan penurunan jumlah penerjemah, yang menurutnya membuat semakin sulit untuk mempertahankan momentum karya terjemahan di negara tersebut.
Sementara itu, penerjemah asal Polandia, Maciej Artur Gaca, mengatakan bahwa mempromosikan sastra Taiwan di luar negeri tetap sulit jika pembaca belum mengenal nama seorang penulis, seraya menegaskan bahwa “kontinuitas” adalah tolok ukur keberhasilan di pasar kecil.
"Jika buku tersebut dibahas di majalah sastra, dikutip di universitas, atau diterjemahkan dari bahasa Polandia ke bahasa lain, itulah dampak yang nyata," tambah Gaca, mantan perwakilan Polandia untuk Taiwan.
Forum ini mengumpulkan penerjemah, editor, penerbit, dan akademisi dari tujuh negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan Republik Ceko.
Acara ini bertepatan dengan lokakarya penerjemahan sastra yang dipimpin oleh penerjemah asal Singapura Jeremy Tiang (程異) dan Anna Goode, direktur pelaksana British Centre for Literary Translation, yang untuk pertama kalinya diadakan di Taiwan setelah empat edisi di Inggris.
Kedua acara tersebut merupakan bagian dari Taiwan Writers Festival perdana, yang berlangsung hingga 30 November.
Chen Ying-fang (陳瑩芳), kepala National Museum of Taiwan Literature, penyelenggara utama acara tersebut, mengatakan bahwa festival ini terinspirasi oleh sambutan hangat terhadap penulis Taiwan di acara sastra internasional.
"Sudah saatnya Taiwan memiliki festival penulis untuk para penulis kita sendiri," ujarnya.
Selesai/ML