Taipei, 13 Okt. (CNA) Anak buah kapal (ABK) migran di Pelabuhan Perikanan Cianjhen, Kaohsiung menerima pengobatan dan potong rambut gratis pada Minggu (12/10), menghadirkan kehangatan bagi mereka yang bekerja keras di negeri orang, kata Direktorat Jenderal Imigrasi (NIA), salah satu penyelenggara.
Kegiatan ini, yang digelar NIA dan Yayasan Amal Tzu Chi serta didukung berbagai lembaga pemerintah dan swasta, menyatukan tenaga medis, perikanan, kelautan, keagamaan, dan relawan sipil untuk menciptakan satu hari pelayanan untuk para ABK migran, kata ditjen tersebut dalam sebuah rilis pers.
Di lokasi acara, disediakan layanan medis lengkap seperti akupunktur tradisional Tiongkok, pemeriksaan mata, gigi, ultrasonografi perut, elektrokardiogram, pengukuran tekanan darah, serta pemeriksaan umum bagian dalam dan luar, dengan disertai relawan penerjemah untuk membantu konsultasi, menurut NIA.
Selain itu, tersedia juga layanan potong rambut gratis, membantu para ABK merapikan penampilan mereka, menyegarkan diri, dan menikmati momen perawatan yang jarang mereka rasakan di tengah pekerjaan berat di laut, kata NIA.
Direktur Jenderal Imigrasi Lin Horng-en (林宏恩) menyampaikan bahwa industri perikanan lepas pantai Taiwan sangat bergantung pada kerja keras ribuan ABK Indonesia, Filipina, Vietnam, dan negara lainnya, bersama para nelayan lokal.
Mereka hidup berpindah di laut selama bertahun-tahun, dengan pola hidup terbalik dan kondisi kerja keras, sehingga masalah kesehatan mereka sering terabaikan, menurut Lin.
NIA berkomitmen untuk mendorong pelayanan kemanusiaan dan multikultural, kata Lin, di mana melalui kegiatan ini, pihaknya turun langsung ke pelabuhan dan bekerja bersama organisasi masyarakat untuk menjaga kesehatan dan martabat para ABK.
Pada hari kegiatan, banyak ABK migran berfoto bersama tenaga medis dengan rasa syukur setelah menerima layanan pemeriksaan, menurut rilis pers NIA.
Seorang ABK migran Indonesia yang telah bekerja di Taiwan selama tujuh tahun mengatakan, "Bisa bertemu dokter dan potong rambut di sini, tanpa perlu khawatir soal bahasa karena ada penerjemah, rasanya benar-benar seperti pulang ke rumah."
Seorang relawan Tzu Chi juga berbagi, "Sebenarnya mereka hanya membutuhkan sedikit kehangatan untuk bisa bertahan menghadapi hari-hari panjang di laut," menurut rilis pers.
Ke depannya, kata NIA, mereka akan terus bekerja sama dengan Tzu Chi dan lembaga terkait lainnya untuk memperluas cakupan layanan.
Melalui pengobatan, konseling psikologis, dan layanan multibahasa gratis, diharapkan dapat dibangun sistem perawatan kesehatan dan jaringan dukungan yang lebih menyeluruh bagi para pekerja perikanan, menjadikan Taiwan sebagai rumah kedua tempat mereka dapat bekerja dengan tenang dan bermartabat, kata NIA.
Selesai/IF