Ratusan massa protes kerja sama Taiwan dengan Israel

03/08/2025 17:28(Diperbaharui 04/08/2025 11:54)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Sejumlah massa dalam demonstrasi di depan MOFA hari Minggu mengkritisi kerja sama Taiwan dengan Israel. (Sumber Foto : CNA, 3 Agustus 2025)
Sejumlah massa dalam demonstrasi di depan MOFA hari Minggu mengkritisi kerja sama Taiwan dengan Israel. (Sumber Foto : CNA, 3 Agustus 2025)

Taipei, 3 Agu. (CNA) Ratusan massa dari kalangan sipil, pekerja, dan mahasiswa melangsungkan aksi protes di depan Kementerian Luar Negeri (MOFA) Taiwan, Minggu (3/8) memprotes pemerintah Taiwan yang terus menerus menormalisasi kerja sama dengan Israel, dianggap sebagai keterlibatan Taiwan pada pelanggaran hak asasi manusia (HAM) Israel di Palestina. 

Massa membawa sejumlah spanduk dan slogan yang menyatakan keberatan mereka pada Taiwan yang secara terbuka menggalang kerja sama dengan Israel. Di antaranya "Pemerintah Taiwan Memalukan! Hentikan Pendanaan Pada Genosida Israel". Terkini, Taiwan melalui MOFA bahkan mengumumkan donasi untuk proyek medis di sebuah permukiman Israel, yang dikecam oleh berbagai organisasi HAM di Taiwan dan menyerukan pemerintah untuk segera menghentikan semua dukungan keuangan kepada Israel.

Aurora Chang, dari Taiwan Alliance for a Free Palestine menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah Taiwan melalui MOFA adalah hal yang memalukan. Taiwan punya slogan "Taiwan Can Help" (Taiwan Bisa Menolong) tetapi yang harusnya Taiwan tolong bukanlah pihak yang melakukan genosida dan rezim teroris seperti Israel.

"Berhenti membohongi orang Taiwan dan dunia internasional," kata Aurora yang dibalas teriakan "Memalukan" kepada MOFA.

Sejumlah massa dalam demonstrasi di depan MOFA, Minggu, mengkritisi kerja sama Taiwan dengan Israel. (Sumber Foto : CNA, 3 Agustus 2025)
Sejumlah massa dalam demonstrasi di depan MOFA, Minggu, mengkritisi kerja sama Taiwan dengan Israel. (Sumber Foto : CNA, 3 Agustus 2025)

Menurut aliansi, apa yang dilakukan Taiwan di tengah eskalasi di Palestina adalah hal yang tak masuk akal. Oleh karena itu ia menyebut pemerintah Taiwan, terutama Menteri Luar Negeri dan perwakilan Taiwan untuk Israel adalah bagian dari wajah genosida Israel di Palestina.

Dalam aksi ini, sejumlah massa juga memukul panci dan sejumlah alat masak dengan sutil dan sendok sebagai bentuk protes atas blokade bantuan kemanusiaan oleh Israel untuk bantuan yang masuk ke Palestina dan mengakibatkan masyarakat Palestina kelaparan. 

Dalam aksi tersebut, para peserta juga berkeliling menempelkan replika uang dolar Taiwan pada sebuah poster bergambar perwakilan Taiwan untuk Israel, Abby Lee (李雅萍), serta bendera Republik Tiongkok (nama resmi Taiwan) dan bendera Israel. Poster itu sebelumnya dicelupkan ke dalam cat merah sebagai simbol teatrikal bahwa pendanaan Taiwan terhadap Israel dianggap sebagai bentuk keterlibatan dalam genosida.

Aksi ini ditutup dengan diskusi kelompok yang bertujuan untuk mengedukasi dan berbagi pandangan mengenai langkah-langkah yang dapat diambil masyarakat Taiwan dalam mendukung perjuangan Palestina.

Belum ada kerja sama

Dalam sebuah jumpa pers baru-baru ini, Philippe Yen (顏嘉良), Direktur Jenderal Departemen Urusan Asia Barat dan Afrika MOFA mengatakan Taiwan dan Israel saat ini sedang melakukan pembicaraan "Eksplorasi" tentang pemberian bantuan kemanusiaan dari Taiwan ke wilayah pendudukan Israel di Tepi Barat. Namun, belum ada komitmen soal pendanaan, membantah laporan bahwa perwakilan Taiwan untuk Israel, Abby Lee (李雅萍), telah berkomitmen untuk memberikan donasi ke Pusat Medis Nanasi di Sha'ar Binyamin, yang terletak di Tepi Barat yang diduduki di utara Yerusalem.

Pejabat tersebut mengonfirmasi bahwa Lee telah menandatangani "Deklarasi kemitraan" selama kunjungan ke Dewan Regional Binyamin pada awal Juli, atas undangan anggota parlemen Israel Ohad Tal. Namun, deklarasi tersebut hanya menguraikan niat bersama untuk melakukan dialog mengenai isu medis, tanpa menyebutkan kewajiban pendanaan apa pun, katanya.

Komunitas internasional umumnya menganggap permukiman Israel di Tepi Barat sebagai ilegal menurut hukum internasional, sebuah posisi yang diperdebatkan oleh pemerintah Israel. Dalam opini penasehat yang dikeluarkan pada Juli 2024, Mahkamah Internasional (ICJ) menyimpulkan bahwa "Semua Negara berkewajiban untuk tidak mengakui sebagai sah situasi yang timbul dari keberadaan Israel yang melanggar hukum di Wilayah Pendudukan Palestina."

Selain itu ICJ juga mencatat, "Mereka juga berkewajiban untuk tidak memberikan bantuan atau dukungan dalam mempertahankan situasi yang diciptakan oleh keberadaan ilegal Israel di Wilayah Pendudukan Palestina.”

Namun Yen menilai, opini penasehat ICJ tersebut "Tidak mengikat" dan potensi keterlibatan Taiwan tidak termasuk dalam cakupannya.

Ia menambahkan bahwa Taiwan juga memberikan bantuan kepada warga Palestina sejak Oktober 2023, dengan mendonasikan US$500.000 (Rp8,2 miliar) kepada sebuah LSM Amerika yang menyalurkan makanan, air, pakaian, tenda, dan bantuan kemanusiaan lainnya ke Gaza.

(Oleh Muhammad Irfan dan Teng Pei-ju)

Selesai/ja

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.