KDEI jenguk ABK migran Indonesia korban kapal terbakar di Keelung

05/03/2025 19:19(Diperbaharui 05/03/2025 19:19)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Arif Sulistiyo, Kepala KDEI (mengenakan peci) menjenguk AM, ABK korban kapal terbakar. (Sumber Foto : KDEI)
Arif Sulistiyo, Kepala KDEI (mengenakan peci) menjenguk AM, ABK korban kapal terbakar. (Sumber Foto : KDEI)

Taipei, 5 Mar. (CNA) Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei, Arif Sulistiyo, Selasa (4/3) menjenguk anak buah kapal (ABK) salah satu korban kapal yang terbakar di perairan utara Taiwan pada Minggu.

Menurut rilis pers KDEI Taipei, Arif didampingi para analis bidang ketenagakerjaan, Kadir dan Mira Caliandra, mengunjungi ABK berinisial AM yang kini tengah menjalani perawatan intensif di salah satu rumah sakit di Kota Keelung.

Baca juga: ABK migran Indonesia dan kapten Taiwan hilang setelah kapalnya terbakar

Dalam pertemuannya, Arif memberikan semangat dan memastikan bahwa pihak KDEI Taipei terus mengawal kasus tersebut dan memberikan pelayanan maksimal bagi para korban, menurut pernyataan kantor tersebut.

"Yang paling penting sekarang adalah proses pemulihan dulu, jangan memikirkan yang lain. KDEI Taipei akan terus mengawal. Tetap semangat," ujar Arif melalui pernyataan rilis pers kantor tersebut. 

Sementara itu, ABK korban kapal terbakar menyampaikan keinginannya untuk tetap bekerja di Taiwan setelah pulih dan siap secara psikologis.

KDEI Taipei juga menyatakan mereka akan terus berkoordinasi dengan otoritas Taiwan dalam memastikan proses pergantian majikan serta pemenuhan hak-hak PMI pasca pemulihan, tambah pernyataan tersebut.

Kepada CNA, Arif melalui pesan singkatnya mengatakan bahwa dalam waktu dekat, KDEI juga akan mengunjungi korban lainnya yang sedang dirawat di salah satu rumah sakit di Kota Taipei.

KDEI Taipei akan terus mendampingi serta mengawal kasus korban kapal kebakaran bersama dengan otoritas setempat, khususnya bagi korban ABK Indonesia yang belum ditemukan, tambahnya.

Kapal perikanan "San Hsie Shun No. 26" terbakar hari Minggu. (Sumber Foto : Chang Yu-wei)
Kapal perikanan "San Hsie Shun No. 26" terbakar hari Minggu. (Sumber Foto : Chang Yu-wei)

Sebelumnya, Direktorat Jenderal Penjaga Pantai (CGA) mengatakan mereka menerima laporan pada pukul 6.12 malam hari Minggu bahwa kapal bernama "San Hsie Shun No. 26" terbakar di perairan sekitar 90 mil laut timur laut Pulau Pengjia.

Tujuh orang di kapal itu, termasuk seorang kapten warga Taiwan dan enam ABK migran Indonesia, melompat ke laut untuk menyelamatkan diri, kata CGA.

Sebuah kapal perikanan yang berdekatan telah menyelamatkan lima ABK Indonesia, sementara seorang lainnya dan sang kapten belum ditemukan, menurut ditjen tersebut.

Baca juga: Tangis ayah kapten yang hilang bersama ABK migran Indonesia di perairan utara Taiwan

CGA dalam sebuah siaran pers pada Rabu mengatakan bahwa mereka telah menugaskan pejabat untuk memberikan informasi terbaru kepada keluarga korban serta menyediakan bantuan.

Ditjen tersebut juga berjanji akan terus melakukan upaya penyelamatan semaksimal mungkin, dengan operasi pencarian dan penyelamatan akan terus berlanjut tanpa menyerah pada setiap kemungkinan.

Direktorat Jenderal Penjaga Pantai Taiwan melakukan pencarian dan penyelamatan. (Sumber Foto : CGA)
Direktorat Jenderal Penjaga Pantai Taiwan melakukan pencarian dan penyelamatan. (Sumber Foto : CGA)

Menanggapi protes dari kapten kapal penyelamat, bernama Chang Yu-wei (張育維), yang mengatakan jumlah armada dan kecepatan CGA kurang memadai, ditjen tersebut mengatakan mereka segera mengirimkan empat kapal setelah menerima laporan tanpa adanya penundaan.

Baca juga: CGA dipertanyakan terkait pencarian kapten Taiwan dan ABK migran Indonesia yang hilang di laut

Merespons klaim Chang bahwa CGA tidak segera berkoordinasi dengan unit lain, ditjen tersebut mengatakan mereka telah melakukannya dengan Penjaga Pantai Jepang melalui Pusat Koordinasi Pertolongan Taipei untuk membagi wilayah pencarian.

CGA menambahkan mereka juga menggunakan sistem pemodelan prediktif guna menganalisis kemungkinan posisi hanyut korban dan terus melakukan pencarian sesuai kondisi di lapangan.

(Oleh Miralux, Wang Chao-yu, dan Jason Cahyadi)

Selesai/

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.