Taipei, 4 Mar. (CNA) Pria yang melakukan penyelamatan pertama terhadap kru kapal yang terbakar di perairan utara Taiwan hari Minggu (2/3) mempertanyakan kecepatan respons Direktorat Jenderal Penjaga Pantai (CGA) terkait pencarian seorang kapten dan seorang anak buah kapal (ABK) migran Indonesia yang masih belum ditemukan.
Sebelumnya, CGA mengatakan mereka menerima laporan pada pukul 6.17 malam hari Minggu bahwa kapal bernama "San Hsie Shun No. 26" tersebut tiba-tiba terbakar di perairan sekitar 90 mil laut timur laut Pulau Pengjia.
Baca juga: ABK migran Indonesia dan kapten Taiwan hilang setelah kapalnya terbakar
Tujuh orang di kapal itu, termasuk seorang kapten warga Taiwan dan enam ABK migran Indonesia, melompat ke laut untuk menyelamatkan diri, kata CGA.
Kapten sebuah kapal perikanan lainnya, Chang Yu-wei (張育維), mengatakan bahwa setelah mengetahui insiden itu melalui radio, ia segera memutuskan untuk memotong tali jangkar agar dapat segera mencapai lokasi yang berjarak sekitar 7 hingga 8 mil laut.
Saat tiba di lokasi sekitar pukul 5.45 sore, ujarnya, kapal itu sudah sepenuhnya dilalap api dan mengeluarkan asap tebal, sementara sudah ada dua kapal perikanan asal Tiongkok yang sedang melakukan pencarian dan penyelamatan.
Kapal Chang awalnya berkeliling di sekitar lokasi namun tidak menemukan siapa pun di laut. Namun, saat berlayar perlahan ke arah timur, mereka akhirnya melihat lima ABK migran Indonesia yang sedang terapung sambil berpegangan pada satu pelampung penyelamat.
Kelima orang tersebut mengalami luka bakar dan telah dievakuasi ke Kota Keelung pada malam harinya untuk mendapatkan perawatan medis.
Namun, kapten kapal, bermarga Chien (簡) (41), dan satu ABK Indonesia lainnya masih dinyatakan hilang, dan kapal CGA masih terus melakukan pencarian.
Baca juga: Tangis ayah kapten yang hilang bersama ABK migran Indonesia di perairan utara Taiwan
Chang menyatakan bahwa sekitar pukul 8 malam hari Minggu, dua kapal Penjaga Pantai Tiongkok telah tiba di lokasi kecelakaan, dan sekitar pukul 9 malam, dua kapal lainnya juga tiba untuk membantu pencarian.
Sementara Tiongkok mengirimkan empat kapal, Taiwan hanya mengerahkan dua, ujarnya.
Chang juga mempertanyakan mengapa CGA terlambat tiba di lokasi, padahal angin bertiup dari selatan, yang seharusnya mempercepat perjalanan kapal dari Taiwan ke lokasi kejadian.
Selain itu, ia juga menyayangkan tidak adanya pengerahan helikopter untuk memperluas area pencarian.
Chang menambahkan bahwa setelah kapal CGA tiba di lokasi, mereka tidak segera berkoordinasi dengan unit lain melalui saluran penyelamatan bersama, seperti dengan Penjaga Pantai Jepang, untuk mengatur wilayah pencarian.
Pencarian baru terkoordinasi setelah pihak Jepang menghubungi CGA terlebih dahulu, menurutnya.
Jika insiden serupa terjadi, mengingat ini menyangkut nyawa manusia, Chang mengatakan ia berharap CGA dapat bertindak lebih proaktif.
Menanggapi itu, CGA menyatakan mereka telah memberikan penjelasan yang memadai kepada Chang dan telah memperoleh pengertiannya.
(Oleh Wang Chao-yu dan Jason Cahyadi)
Selesai/ML