New Taipei, 4 Mar. (CNA) Ayah dari kapten yang hilang bersama seorang anak buah kapal (ABK) migran Indonesia setelah kapal yang mereka awaki terbakar di perairan utara Taiwan hari Minggu (2/3) menunggu di pelabuhan sembari menangis dan berkata, "Aku kehilangan satu-satunya putraku."
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Penjaga Pantai (CGA) mengatakan mereka menerima laporan pada pukul 6.17 malam hari Minggu bahwa kapal bernama "San Hsie Shun No. 26" yang terdaftar di New Taipei tersebut tiba-tiba terbakar di perairan sekitar 90 mil laut timur laut Pulau Pengjia.
Baca juga: ABK migran Indonesia dan kapten Taiwan hilang setelah kapalnya terbakar
Tujuh orang di kapal tersebut, termasuk seorang kapten warga Taiwan dan enam ABK migran Indonesia, melompat ke laut untuk menyelamatkan diri, kata CGA.
Lima ABK Indonesia berhasil diselamatkan kapal perikanan "Shun Chi No. 168" yang berada di sekitar lokasi, dengan mengalami luka bakar ringan hingga sedang di mana satu di antaranya mengalami luka lebih serius di wajah serta tangan dan kaki.
Sementara itu, kapten kapal, bermarga Chien (簡) (41), dan satu ABK Indonesia lainnya masih dinyatakan hilang.
Kapal patroli CGA mengawal "Shun Chi No. 168" yang membawa kelima ABK selamat hingga tiba di Pelabuhan Perikanan Dawulun, Kota Keelung, sekitar pukul 7 malam Senin. Mereka kemudian dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans.
Kapten "Shun Chi No. 168" bermarga Chang (張) turun dari kapal dengan wajah muram, dan sambil menahan tangis, ia mengatakan kepada ayah Chien bahwa saat "San Hsie Shun No. 26" melaporkan ledakan melalui radio, ia segera menuju lokasi dan melakukan pencarian menyeluruh, tetapi tidak berhasil menemukan Chien.
Chang mengatakan ia merasa sangat menyesal karena mereka telah berjanji untuk pergi melaut bersama, namun ia gagal membawa Chien pulang dengan selamat.
Chang menjelaskan bahwa ia tiba di lokasi sekitar 40 menit setelah insiden terjadi, di mana awalnya ia tidak melihat ada orang di laut meski telah berputar mengelilingi area tersebut.
Namun, saat mengarahkan kapal perlahan ke arah timur, kata Chang, ia akhirnya melihat lima ABK Indonesia terapung di laut sambil berpegangan pada pelampung.
Setelah menyelamatkan mereka, ia langsung bertanya, "Di mana bos (Chien)?" Para ABK yang selamat menjawab bahwa Chien adalah orang terakhir yang melompat ke laut.
Ketika ditanya apakah Chien sempat mengenakan pelampung, mereka menjawab, "Tidak."
Chang menambahkan bahwa saat ia berjarak tiga mil laut dari lokasi kejadian, ia melihat api berkobar hebat di kapal "San Hsie Shun No. 26", dan ketika mendekat hingga satu mil laut, api telah menyebar hingga ke bagian depan kapal, hampir membakar habis seluruhnya.
Menurutnya, Chien sempat melaporkan kebakaran melalui radio, yang menunjukkan bahwa ia kemungkinan tidak terluka pada saat itu. Para ABK Indonesia yang selamat juga mengatakan bahwa Chien tidak mengalami luka sebelum melompat ke laut, tambahnya.
Mendengar penjelasan ini, ayah Chien yang menunggu di pelabuhan menangis tersedu-sedu hingga harus dibantu berdiri orang-orang di sekitarnya. "Aku kehilangan satu-satunya anakku," ujarnya.
CGA menyatakan bahwa hingga pukul 8.30 malam hari Senin, kapal-kapal mereka masih melakukan pencarian terhadap dua korban yang hilang di perairan lokasi kejadian.
(Oleh Wang Chao-yu dan Jason Cahyadi)
Selesai/JA