Taipei, 18 Des. (CNA) Serikat Buruh Industri Perawatan Taiwan (SBIPT) menggalang donasi berbagi baju hangat atau baju musim dingin pada Minggu (15/12) terutama bagi pekerja migran Indonesia yang baru datang, dan belum memiliki cukup dana untuk membeli baju hangat, ujar Aan Darwati, pengurus SBIPT.
Sebuah poster grafis terpajang di laman facebook SBIPT mengenai pengumuman donasi penggalangan baju hangat. Pengumuman yang diberi judul “Membangun Solidaritas Dengan Berbagi Baju Hangat” ini juga menuai perhatian dari sejumlah warga lokal dan warga asing di Taiwan.
Dalam laman tersebut tertulis bahwa baju hangat atau baju musim dingin diperlukan oleh para PMI yang bekerja di sektor rumah tangga dan perawat migran yang baru datang karena mereka tidak memiliki baju yang cukup, maka SBIPT membuat program untuk berbagi baju hangat bersama.
SBIPT juga menuliskan cara bagi mereka yang ingin berdonasi baju hangat untuk mengisi formulir di bawah ini https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSdHGDT4lkYXmeEtfMi0DJTOuq40uts9J8DGjJBZSRiW33Ykw/viewform
Sementara itu, bagi yang membutuhkan baju hangat, silahkan untuk mengisi formulir berikut ini https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSezflaaFjlY0GHZJkY7vZu-cFzpczLmcnOBH4jyBP-uXziNqQ/viewform
Saat ditemui CNA pada Minggu di kantor sekretariat SBIPT yang berada di dekat Stasiun Utama Taipei (TMS), Aan mengatakan alasan serikatnya menggalang donasi baju hangat untuk PMI yang baru datang, hal tersebut dikarenakan mereka belum mendapat cukup dana untuk membiayai kebutuhannya sehari-hari, apalagi untuk membeli baju hangat.
“Kami mempunyai inisiatif seperti ini karena ada banyak teman-teman PMI yang meminta baju-baju hangat pada kami. Saat ini ada sekitar 5 hingga 10 orang yang masih dalam proses pengiriman baju-baju hangat, dan 18 orang lainnya masih dalam proses untuk pendaftaran mendapatkan baju-baju tersebut,” ujar Aan.
Berdasarkan pengamatan CNA, ada hal yang menarik dalam penyerahan donasi yang diadakan pada Minggu (15/12) karena donasi sebanyak empat karung besar berisi baju-baju hangat tersebut diberikan oleh salah satu warga Taiwan dan warga asing.
Mereka mengaku bahwa kabar PMI membutuhkan baju-baju hangat tersiar dari salah satu rekan orang Indonesia yang tergabung di salah satu grup pendakian. Sebanyak puluhan warga asing di Taiwan dan warga lokal pun bersama-sama mengumpulkan baju-baju hangat tersebut untuk didonasikan bagi pekerja migran. 編輯
Seperti yang pernah disampaikan oleh Fajar, Ketua SBIPT kepada CNA bahwa organisasinya tersebut di bawah naungan Taiwan International Workers' Association (TIWA).
“Saya mendapat kabar bahwa gaji dari pekerja migran sangat rendah, mulai dari NT$17.000 dan mereka membutuhkan baju-baju hangat. Saya melihat ke lemari saya dan ada banyak baju-baju hangat yang bisa saya bagikan. Dan saya juga mendengar bahwa TIWA adalah tempat yang baik untuk menyalurkan donasi tersebut,” ujar Chiawen warga Taiwan.
“Saya pikir hal ini baik untuk membantu orang-orang yang membutuhkan dan saya mendengar bahwa TIWA adalah tempat yang baik untuk menyalurkan bantuan tersebut,” ujar Aleihandro, salah satu warga negara Amerika yang telah tinggal di Taiwan selama delapan tahun.
Saat ditanya sampai kapan para donatur bisa memberikan baju-baju hangat tersebut, Aan mengatakan bahwa pihaknya masih belum memutuskan hingga kapan donasi ini akan ditutup.
“Pastinya kami masih terus menerima donasi-donasi tersebut, dan bagi para PMI yang membutuhkan silahkan untuk menghubungi kami,” sambung Aan menutup wawancara.