ESAI FOTO /Karya seniman Indonesia bentangkan sayap kunang-kunang dalam festival seni alam SD di Pingtung

16/12/2024 20:23(Diperbaharui 16/12/2024 20:26)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Seniman Indonesia, Firman Djamil, membawakan karya seni “Tarian Sayap Kunang-kunang” dalam "Earth Art Festival 2024 Playing with Nature" di Pingtung. (Sumber Foto : CNA, 14 Desember 2024)
Seniman Indonesia, Firman Djamil, membawakan karya seni “Tarian Sayap Kunang-kunang” dalam "Earth Art Festival 2024 Playing with Nature" di Pingtung. (Sumber Foto : CNA, 14 Desember 2024)

Taipei, 16 Des. (CNA) Karya seniman Indonesia, Firman Djamil, turut mengisi festival seni SD Art Experimental Da Cheng di Kabupaten Pingtung baru-baru ini, bersama karya sejumlah seniman lokal hingga mancanegara lainnya.

Dibawakan dalam "Earth Art Festival 2024 Playing with Nature" yang dibuka 14 Desember, karya Firman yang bertajuk “Tarian Sayap Kunang-kunang” tersebut melibatkan anak-anak menghias daun pinang untuk melambangkan sayap kunang-kunang, sebagai doa untuk harmoni antara manusia dan lingkungan.

Dengan tema “101 Ide Bermain Bersama Alam”, para seniman -- dari Taiwan, Indonesia, Thailand, Meksiko, Belanda, hingga Belgia -- menciptakan sejumlah karya seni selama tiga pekan, yang tersebar di berbagai lokasi, seperti lingkungan sekolah, kuil, dan area persawahan.

Seniman Belgia, Laureline Dubois, menciptakan seni pertunjukan berjudul “Tangan dan Aku”. (Sumber Foto : CNA, 14 Desember 2024)
Seniman Belgia, Laureline Dubois, menciptakan seni pertunjukan berjudul “Tangan dan Aku”. (Sumber Foto : CNA, 14 Desember 2024)
Seniman Thailand, Arnont Nongyao, membuat karya “Irama Suara Sepeda Besi Da Cheng” dengan mengumpulkan suara-suara lokal dan mengubah dua sepeda menjadi alat musik bergerak. (Sumber Foto : CNA, 14 Desember 2024)
Seniman Thailand, Arnont Nongyao, membuat karya “Irama Suara Sepeda Besi Da Cheng” dengan mengumpulkan suara-suara lokal dan mengubah dua sepeda menjadi alat musik bergerak. (Sumber Foto : CNA, 14 Desember 2024)
Seniman lokal Pingtung, Yu Meng-chan (余孟禪), menciptakan “Ketika Angin Sepoi Membangkitkan Jiwa”, menggunakan jerami untuk berdialog dengan alam dan menghidupkan kembali rasa hormat manusia terhadap alam. (Sumber Foto : CNA, 14 Desember 2024)
Seniman lokal Pingtung, Yu Meng-chan (余孟禪), menciptakan “Ketika Angin Sepoi Membangkitkan Jiwa”, menggunakan jerami untuk berdialog dengan alam dan menghidupkan kembali rasa hormat manusia terhadap alam. (Sumber Foto : CNA, 14 Desember 2024)
Seniman Meksiko, Carmen Jacobo, menggunakan ruang kosong dan akar tanaman sebagai inspirasi untuk menciptakan karya seni keramik, lukisan, serta puisi kuno bersama anak-anak, yang bertujuan membangkitkan “jiwa” rumah kosong. (Sumber Foto : CNA, 14 Desember 2024)
Seniman Meksiko, Carmen Jacobo, menggunakan ruang kosong dan akar tanaman sebagai inspirasi untuk menciptakan karya seni keramik, lukisan, serta puisi kuno bersama anak-anak, yang bertujuan membangkitkan “jiwa” rumah kosong. (Sumber Foto : CNA, 14 Desember 2024)

(Oleh Huang Yu-jing dan Jason Cahyadi)

Selesai/

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.