PMI perawat orang tua di Chiayi digigit ular, sebulan lebih dirawat di rumah sakit

22/10/2024 20:03(Diperbaharui 22/10/2024 20:03)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Foto kaki kanan Luluk yang digigit ular sebelum dijahit. (Sumber Foto : Luluk).
Foto kaki kanan Luluk yang digigit ular sebelum dijahit. (Sumber Foto : Luluk).

Taipei, 22 Okt. (CNA) Luluk Yuniarsih, pekerja migran Indonesia (PMI) perawat orang tua yang baru bekerja di Taiwan bulan Maret 2024 ini menderita kesakitan setelah kecelakaan kerja digigit ular. Setelah dirawat di rumah sakit selama sebulan lebih, ia harus dipindahkan ke agensi karena kakek yang dirawatnya meninggal, ungkap Luluk.

Luluk yang tinggal di Desa Xingang, Chiayi menuturkan pada CNA bahwa lingkungan rumahnya memang banyak perkebunan dan pertanian. Area rumah satu dengan yang lainnya pun berjauhan. 

Pada 8 September, ia sedang membersihkan halaman dekat kandang ayam dan memakai sandal jepit saat menyibakkan sampah sayuran yang berceceran di tanah saat ia merasakan ada sesuatu yang mengigit kakinya.

Rasanya seperti digigit semut, tetapi tiba-tiba merasa panas dan demam. Bahkan suhu demamnya naik setiap jam tak kunjung turun, ujar Luluk.

Pertolongan pertama yang Luluk lakukan hanya mengoleskan bawang putih dan merendam kakinya dengan air garam. Awalnya, Luluk tak menyangka jika ia digigit ular. Ia hanya berpikir kemungkinan digigit semut saja. Namun gejala Luluk tak kunjung membaik. Bahkan ia mengalami diare dan demam yang semakin tinggi, cerita Luluk pada CNA.

Majikan membawa Luluk ke sebuah klinik. Saat tiba di klinik tersebut, dokter mengatakan jika demamnya tidak kunjung turun, maka ia harus dibawa ke rumah sakit besar. Karena demam yang tak kunjung reda, keesokan harinya ia dirujuk ke Chang Gung Memorial Hospital Chiayi untuk melakukan X-ray, ujarnya.

Luluk menuturkan, dokter memberitahunya bahwa ia harus dirawat di rumah sakit karena hasil X-ray menunjukkan adanya peradangan berskala kritis. Umumnya, peradangan normal merujuk pada skala angka 5, tetapi peradangan Luluk menunjukkan angka 300 dan sudah kritis.

Luluk menceritakan, saat diperiksa darahnya, dokter menemukan ada racun. Luka di kaki kanan bagian atas membengkak dan menghitam, hingga lukanya pecah menembus telapak kaki bagian bawah. Dokter mengatakan Luluk terkena gigitan ular. Ia pun sempat teringat saat membersihkan kotoran sayuran di tanah, ia melihat ada kulit ular yang mengelupas. Luluk semakin yakin bahwa kakinya tergigit ular.

Luluk pun menjalani operasi sebanyak 4 kali dalam satu bulan. Operasi yang kelima, baru saja lukanya ditutup dan dijahit. Pada saat dihubungi CNA lewat telepon genggamnya, Luluk mengatakan bahwa ia baru saja keluar dari rumah sakit. Ia dirawat di rumah sakit dari 16 September hingga hari Selasa (22/10). 

Harus bayar biaya pengobatan sendiri

Saat ditanya mengenai biaya, Luluk memberikan total biaya senilai NT$29.925 (Rp14,535,136) yang harus ia bayarkan sendiri.

“Agensi sudah berusaha menanyakan pada majikan mengenai biaya dan meminta gaji terakhir saya di bulan September. Agensi bilang kalau semua biaya pengobatan harus saya sendiri yang menanggung karena majikan tidak mau membantu.” Ujarnya.

Total biaya tersebut merupakan biaya rumah sakit sebesar NT$25.141 ditambah biaya penjaga saat ia kritis di rumah sakit selama 7 hari dikali NT$667 sebesar NT$4.669. Biaya rumah sakit, biaya obat dan biaya penjaga 7 hari ditotal menjadi  NT$29.925 yang harus ia bayarkan sendiri. 

“Sementara ini agensi yang membayar terlebih dahulu. Namun kalau saya dapat pekerjaan nanti, baru dipotong sekitar NT$5.000-NT$7.000 sebulan. Saya lagi banyak beban juga, karena baru saja potongan terakhir bank China Trust, eh saya kena musibah ini,” ujar Luluk yang berasal dari Ngawi Jawa Timur.

Kaki Luluk menghitam setelah digigit ular. (Sumber Foto : Luluk).
Kaki Luluk menghitam setelah digigit ular. (Sumber Foto : Luluk).

Ditampung di agensi karena kakek meninggal

Luluk yang pernah datang bekerja ke Taiwan pada tahun 2009 – 2012 ini tak menyangka jika kedatangannya yang kedua kali harus menderita seperti ini. 

Luluk sempat bekerja di Malaysia, Singapura dan Brunai lalu memutuskan untuk kembali bekerja ke Taiwan karena tuntutan hidup. Ia merupakan tulang punggung keluarga yang harus menafkahi ibunya yang juga seorang janda. Sang ibunda juga baru saja dioperasi pengangkatan rahim, itulah mengapa Luluk memutuskan untuk kembali menjadi PMI, karena kebutuhan hidup.

Tak menyangka setelah 2 pekan dirawat di rumah sakit, kakek yang dijaganya meninggal. Luluk pun menceritakan bahwa saat ia di rumah sakit, majikannya menyewa tenaga perawat Taiwan untuk menjaga kakeknya. Namun dikarenakan biayanya yang tinggi, majikan pun mempekerjakan perawat orang Indonesia yang tak punya pengalaman menjaga pasien dan menemukan perawat tersebut merokok dan minum alkohol di dalam kamar, ujar Luluk menceritakan.

Akhirnya, majikan mengetahuinya dan mengganti perawat tersebut dengan orang Indonesia lainnya yang sedang menunggu majikan baru di agensi tempatnya tinggal. Perawat penggantinya sempat berkomunikasi dengan Luluk mengadu bahwa kakek yang dijaganya ada luka dan lebam. Luluk meminta perawat tersebut melapor pada majikannya.

Beberapa hari kemudian, kakek yang dijaga perawat tersebut meninggal dunia. Kepada CNA, Luluk mengatakan kemungkinan kakek tidak mendapat perawatan yang maksimal seperti sebelumnya ketika dijaganya. Hanya Luluk yang tahu kondisi kakek termasuk kebiasaan makan dan sedot dahak, ujar Luluk.

Luluk menyampaikan pada CNA bahwa kini ia hanya bisa belajar tabah dan ikhlas menghadapi cobaan yang ia temui. 

“Setelah sakit digigit ular, saya harus membayar biaya pengobatannya sendiri ditambah sekarang tidak bisa kembali bekerja karena pasien meninggal. Saya pun harus menunggu di agensi hingga dapat majikan baru dan nanti dipotng gaji untuk biaya pengobatan.” Ujar Luluk meratapi kesedihannya.

Saat ini kondisi Luluk masih belum bisa berdiri terlalu lama dikarenakan masih sakit. Berat badannya juga turun 7 kilo lebih selama dirawat di rumah sakit, ungkap Luluk kepada CNA.

(Oleh Miralux)
Selesai/JA

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.