CDC tegaskan obat COVID-19 di Taiwan cukup, dorong vaksinasi

02/06/2025 16:27(Diperbaharui 02/06/2025 16:27)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Sebuah apotek di Taipei menyatakan dalam pemberitahuan di pintu masuk bahwa mereka telah kehabisan alat tes cepat COVID-19 pada Minggu. (Sumber Foto : CNA 1 Juni 2025)
Sebuah apotek di Taipei menyatakan dalam pemberitahuan di pintu masuk bahwa mereka telah kehabisan alat tes cepat COVID-19 pada Minggu. (Sumber Foto : CNA 1 Juni 2025)

Taipei, 2 Jun. (CNA) Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Taiwan menegaskan bahwa persediaan obat antivirus COVID-19 di negara itu mencukupi dan kembali menekankan pentingnya vaksinasi, menyusul kekhawatiran yang disampaikan sejumlah tokoh publik.

Dalam pernyataan yang dirilis Minggu (1/6), CDC menyebut bahwa Taiwan memiliki 458.000 dosis Paxlovid, obat lini pertama bagi pasien COVID-19 yang memenuhi syarat, serta 9.900 dosis Molnupiravir (obat lini kedua) dan 5.000 dosis Xocova yang dikembangkan Jepang dan mulai tersedia sejak pertengahan Mei.

Selain obat oral, Taiwan juga masih memiliki 204.000 dosis Remdesivir dalam bentuk suntikan. Data ini diumumkan CDC pada Kamis lalu untuk meredam rumor kekurangan obat.

CDC memastikan bahwa jumlah tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan pengobatan selama lonjakan kasus COVID-19 saat ini, karena hanya pasien dengan risiko tinggi gejala berat yang diresepkan obat antivirus.

Pernyataan CDC pada Minggu menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh Anggota Dewan Kota Taipei Hou Han-ting (侯漢廷), yang mempertanyakan kecukupan pasokan obat COVID-19 Taiwan dalam sebuah unggahan Facebook sehari sebelumnya.

Anggota dewan kota dari Partai Baru tersebut mencatat bahwa Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan menyebutkan hingga 1,81 juta kasus COVID-19, dan mempertanyakan apakah 810.000 dosis obat cukup untuk seluruh pasien.

Namun CDC menegaskan bahwa proyeksi pemerintah adalah sebanyak 1,71 juta kunjungan medis akibat COVID-19 antara akhir Mei hingga awal Juni—bukan jumlah kasus positif seperti yang diklaim Hou.

Hanya sekitar 20 persen orang yang dinyatakan positif COVID-19 yang diresepkan pengobatan antivirus untuk mencegah gejala berat atau kematian, sementara yang lain menerima obat untuk gejala ringan, kata CDC.

(Sumber Foto : Dokumentasi CNA)
(Sumber Foto : Dokumentasi CNA)

CDC juga menanggapi artikel opini oleh Wang Jen-hsien (王任賢), Ketua Taiwan Counter Contagious Diseases Society, yang dimuat dalam surat kabar China Times edisi Minggu. Wang menyebut bahwa pemerintah tidak perlu mendorong vaksinasi jika hanya vaksin mRNA Moderna yang tersedia.

Namun CDC membantah klaim tersebut dan menyatakan bahwa sejak Mei 2023 Taiwan telah menyediakan vaksin COVID-19 dari dua produsen, yaitu Moderna dan Novavax.

Pemerintah, kata CDC, memiliki tanggung jawab untuk memberikan rekomendasi berbasis bukti agar masyarakat dapat mengambil keputusan yang tepat soal vaksinasi. CDC juga menegaskan bahwa vaksinasi di Taiwan bersifat sukarela.

(Oleh Chen Chieh-ling, Kay Liu, dan Muhammad Irfan)

>Versi Bahasa Inggris

Selesai/JA

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.