Taipei, 5 Des. (CNA) Dewan Urusan Tiongkok Daratan (MAC) Taiwan hari Rabu (4/12) mengatakan bahwa delegasi mahasiswa Tiongkok yang sedang mengunjungi Taiwan diduga melanggar peraturan terkait kunjungan warga Tiongkok.
Legislator Partai Progresif Demokratik (DPP) menuduh seorang anggota delegasi mahasiswa tersebut, yang diundang yayasan mantan Presiden Ma Ying-jeou (馬英九) untuk kunjungan pertukaran selama sembilan hari, telah membuat pernyataan yang "Merendahkan status Taiwan."
Dalam sebuah wawancara pada 1 Desember, seorang anggota delegasi dari Fudan University menyebut tim nasional bisbol Taiwan -- yang secara resmi berkompetisi dengan nama "Chinese Taipei" -- sebagai "Tim China Taipei" saat memberikan ucapan selamat atas kemenangan mereka dalam Kejuaraan Premier12 WBSC.
Sebelum menghadiri pertemuan komite legislatif pada Kamis pagi, Kepala MAC Chiu Chui-cheng (邱垂正) mengatakan kepada pers bahwa kelompok mahasiswa Tiongkok tersebut mungkin telah melanggar "Peraturan yang Mengatur Persetujuan Masuknya Orang dari Area Daratan Utama ke Area Taiwan" serta pernyataan tertulis yang diajukan yayasan kepada pihak berwenang sebelum kunjungan.
Kelompok tersebut mungkin terlibat dalam masalah seperti "Merendahkan [status] Taiwan" atau gagal mematuhi komitmen untuk tidak membuat pernyataan politik atau melakukan propaganda di luar aktivitas yang dijadwalkan, kata Chiu.
"Kami sangat menyesal atas ketidaknyamanan dalam masyarakat yang disebabkan oleh insiden ini," kata Chiu, menambahkan bahwa MAC akan menjatuhkan sanksi administratif setelah mengumpulkan informasi terkait.
Selama rapat legislatif, legislator Kuomintang (KMT) Hsu Yu-chen (許宇甄) meminta Chiu menjelaskan pernyataan "Tidak pantas" yang dibuat mahasiswa Fudan tersebut. Chiu menjawab bahwa istilah "China Taipei" sering digunakan otoritas Tiongkok untuk "Merendahkan Taiwan."
"Hal ini dianggap tidak pantas oleh rakyat kami," tambahnya.
Namun, Hsu menekankan bahwa Taiwan adalah negara yang menghargai kebebasan berbicara, dan orang-orang mungkin menggunakan istilah yang biasa digunakan di negara asal mereka. "Kami tentu saja menghormatinya," ujar Hsu.
Sementara itu, legislator DPP Su Chiao-hui (蘇巧慧) mengkritik kelompok mahasiswa itu sebagai "Penghinaan terbesar terhadap martabat nasional Taiwan," dengan menuduh mereka menyamar sebagai bagian dari pertukaran pendidikan dan budaya untuk merongrong demokrasi serta sistem hukum Taiwan.
Su juga mempertanyakan Chiu tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan pihak berwenang, termasuk MAC, Kementerian Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Imigrasi, dan Kementerian Pendidikan, untuk menjatuhkan sanksi.
Chiu menjawab bahwa proses tersebut akan mengikuti prosedur yang ditetapkan, termasuk memanggil Ma Ying-jeou Foundation untuk memberikan penjelasan.
"Begitu kami memiliki informasi lengkap, kami akan segera menangani masalah tersebut," katanya.
Chiu juga menyebutkan bahwa individu dari Tiongkok yang melanggar peraturan dapat dikenai larangan masuk ke Taiwan selama satu hingga lima tahun.
Organisasi pengundang di Taiwan juga dapat menghadapi sanksi, mulai dari peringatan tertulis hingga larangan mengundang delegasi Tiongkok untuk pertukaran selama enam bulan hingga lima tahun.
Menanggapi pernyataan MAC, CEO Ma Ying-jeou Foundation Hsiao Hsu-tsen (蕭旭岑) mengatakan bahwa jika pertukaran telah melanggar peraturan apa pun, MAC akan memberi tahu mereka bahwa perjalanan akan segera dihentikan.
Karena sudah empat hari sejak mahasiswa Fudan University membuat pernyataan tersebut, dan MAC belum menghentikan perjalanan, Hsiao mengatakan hal itu menunjukkan tidak ada peraturan yang dilanggar.
Terkait kejadian anggota delegasi yang menyebut "China Taipei", Hsiao mengutarakan penyesalannya.
Di tempat tersebut, beberapa siswa mengangkat bendera Republik Tiongkok (ROC), nama resmi Taiwan, dan spanduk bertuliskan "Taiwan merdeka," sementara yang lain membawa bendera Republik Rakyat Tiongkok (PRC).
Seseorang yang hadir sempat mengulurkan bendera ROC ke Hsiao, namun ia menolaknya. Warga tersebut bertanya, "Kenapa kamu tidak berani memegang bendera negara?" dan bertanya, "Apakah karena ada mahasiswa dari Tiongkok?" Hsiao menjawab, "Kamu tidak bisa memaksaku melakukan apa pun."
Ada mahasiswa yang kemudian menunjuk ke arah bendera ROC dan PRC sambil bertanya, "Mana yang kamu anggap sebagai Tiongkok?" Hsiao menjawab, "Republik Tiongkok."
Hsiao berjanji kepada kerumunan bahwa setelah wawancara media, ia akan berbicara lebih lanjut dengan mereka. Kedua pihak mencapai kesepakatan, dan Hsiao mengatakan, "Inilah demokrasi, demokrasi Taiwan seperti ini."
Sementara itu, sekelompok mahasiswa dari berbagai universitas, termasuk National Taiwan University, menggelar konferensi pers pada Rabu untuk menyuarakan keprihatinan mereka atas sifat pertukaran tersebut.
Kelompok tersebut memaparkan tuntutan seperti menolak pertukaran dengan anggota Partai Komunis Tiongkok yang "Menyamar sebagai mahasiswa" untuk tujuan propaganda dan menganjurkan pertukaran timbal balik yang didasarkan oleh rasa saling menghormati tanpa merendahkan kedaulatan Taiwan.
Baca juga: Mahasiswa NTU protes kedatangan delegasi Tiongkok dari Yayasan Ma Ying-jeou
Dalam beberapa tahun terakhir, pejabat Tiongkok semakin sering menggunakan istilah "China Taipei" daripada "Chinese Taipei", sebutan resmi yang digunakan Taiwan dalam acara olahraga internasional dan sebagian besar organisasi internasional.
Misalnya, pada 2018, diplomat Tiongkok Geng Shuang (耿爽) menyebut Taiwan sebagai "China Taipei" saat membahas insiden yang terkait dengan Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC).
Pedoman yang diterbitkan Xinhua News Agency, kantor berita milik negara Tiongkok, juga menetapkan tim olahraga Taiwan harus disebut sebagai "China Taipei" atau "China Taiwan".
Selesai/JC