Taipei, 21 Sep. (CNA) Sebuah acara keagamaan di Desa Minxiong, Kabupaten Chiayi, Taiwan, untuk memperingati Festival Hantu memasukkan unsur keberagaman gender dalam praktik tradisionalnya untuk pertama kali.
Pusat layanan kesehatan komunitas keberagaman gender Kabupaten Chiayi mengatakan bahwa mereka merancang fitur-fitur baru, termasuk panggung drag queen dan dekorasi berwarna pelangi, untuk menghormati arwah yang telah meninggal -- tanpa memandang apakah mereka laki-laki, perempuan, maupun non-biner.
Festival Hantu, yang jatuh pada bulan ketujuh dalam kalender lunar dan berlangsung dari 23 Agustus hingga 21 September tahun ini, diyakini sebagai masa ketika roh leluhur kembali ke dunia manusia.
Persembahan makanan seremonial, pembakaran dupa, dan pembacaan mantra ritual membantu memberi makan dan menenangkan arwah-arwah yang berkeliaran ini agar mereka dapat menemukan kedamaian dan dijauhkan dari menyebabkan kemalangan, menurut kepercayaan agama tradisional Taiwan.
Selain menampilkan patung kertas dewa utama kuil, Ulkāmukha Pretarāja, penyelenggara acara yang berlangsung Jumat (12/9) hingga Minggu juga mempersembahkan benda-benda simbolis netral gender dan barang yang diasosiasikan dengan gaya hidup nontradisional.
Kuil tersebut juga menyediakan "aula ramah gender" bagi semua arwah untuk beristirahat, mandi, dan berganti pakaian, bukan ruang yang secara tradisional dipisahkan berdasarkan gender.
Lin Mao-hsien (林茂賢), profesor asosisasi di Departemen Bahasa dan Sastra Taiwan National Taichung University of Education, memuji persembahan seremonial "kesetaraan seksual" di tersebut melalui unggahan Facebook usai berkunjung.
Menanggapi unggahan itu, seorang warganet menyebut terobosan ini lebih sulit dicapai dibandingkan kisah legendaris biksu Mulian (目蓮) yang menyelamatkan ibunya dari neraka dalam mitologi Buddhisme Tiongkok.
Selesai/IF