Praha, 21 Juli (CNA) Connie, seekor Trenggiling Formosa yang lahir dari induk yang dihadiahkan Taiwan di Kebun Binatang Praha, Republik Ceko, merayakan ulang tahunnya yang pertama pada hari Kamis (17/7).
Anak trenggiling tersebut lahir pada Juli 2024 dari sepasang trenggiling yang dikirim dari Kebun Binatang Taipei pada 2022, menjadikannya anak Trenggiling Formosa kedua yang lahir di Kebun Binatang Praha sejak kakaknya, Šiška (berarti "pine cone"), lahir di Eropa pada Februari 2023.
Juru bicara Kebun Binatang Praha, Filip Mašek, menyampaikan bahwa baik Šiška maupun Connie "sehat dan baik-baik saja," dengan sang kakak sudah dewasa sepenuhnya, sementara Connie masih sekitar satu tahun lagi menuju kedewasaan, dengan berat 2,6 kilogram dibandingkan berat rata-rata trenggiling betina dewasa yang mencapai 5 kilogram.
Kedua trenggiling tersebut telah beralih ke makanan bubur larva lebah -- sebuah "resep rahasia" untuk trenggiling dewasa yang dikembangkan oleh Kebun Binatang Taipei, kata Mašek, seraya menambahkan bahwa pakan tersebut membutuhkan waktu satu jam untuk dipersiapkan oleh para pekerja kebun binatang setiap harinya.
Menggambarkan spesies nokturnal ini sebagai "rapuh," ia mengatakan kepada CNA bahwa sistem pengendalian iklim yang canggih dipasang karena sensitivitas mereka terhadap suhu dan kelembapan.
Ia mencatat bahwa karena trenggiling memiliki penglihatan yang buruk, mereka mungkin salah mengira orang di sekitar mereka sebagai pohon dan mencoba memanjat kaki mereka, yang "lucu tapi berpotensi mematikan" karena mereka dapat dengan mudah tertular dan mati akibat penyakit manusia.
"Kami harus sangat berhati-hati," katanya.
Mengenai masa depan trenggiling di kebun binatang, Mašek mengatakan bahwa karena tidak ada pejantan yang bisa dikawinkan dengan Šiška, mereka mungkin akan mengirimnya ke Kebun Binatang Wina, di mana mereka berencana membangun "rumah trenggiling."
Mašek menjelaskan bahwa trenggiling istimewa karena mereka adalah satu-satunya mamalia bersisik, dan terdapat delapan spesies di Asia dan Afrika -- semuanya saat ini tercantum dalam Daftar Merah IUCN untuk Spesies Terancam karena diburu untuk daging dan sisiknya.
Anggapan bahwa sisik trenggiling memiliki "khasiat penyembuhan unik" tidak memiliki bukti ilmiah karena sisik tersebut terbentuk dari keratin, yang juga ditemukan pada kuku manusia, kata Mašek.
Namun, kepercayaan yang keliru ini telah membuat trenggiling berada di bawah ancaman besar dari para pemburu yang mencari sisik mereka karena keyakinan salah bahwa sisik tersebut memiliki efek pengobatan, ujarnya.
Selesai/IF