Taipei, 30 Juni (CNA) Masjid Agung Taipei pada hari Sabtu (29/6) menjadi tuan rumah perhelatan perdana "Festival Indonesia di Taiwan" untuk mempromosikan budaya Indonesia dan memupuk pertukaran budaya bilateral, menarik partisipan dari komunitas Taiwan dan Indonesia.
Acara tersebut, menampilkan bazar yang diisi sekitar 10 stan budaya Indonesia dan stan makanan, disponsori oleh Masjid Agung Taipei, Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei, dan Forum Mahasiswa Muslim Indonesia di Taiwan (FORMMIT).
Di salah satu stan, Kartika Dewi, Wakil Ketua Indonesian Diaspora Network in Taiwan (IDN Taiwan), sibuk mengajari pengunjung cara membatik. Ia mengatakan bahwa pertukaran budaya melalui batik merupakan sesuatu yang dapat dinikmati oleh orang Indonesia dan Taiwan.
"Kita bisa kenalan dengan yang lain melalui jalur budaya," katanya.
Huang Yi-ting (黃逸廷), seorang mahasiswa tahun kedua yang mengambil Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Asia Tenggara di National Chengchi University, mengatakan bahwa ia tertarik dengan kegiatan yang diselenggarakan oleh orang Indonesia di Taiwan dan ingin berpartisipasi.
"Saya merasa senang ... saya rasa orang-orang di sini semua senang," kata pria berusia 20 tahun itu dalam bahasa Indonesia, yang juga mengatakan bahwa ia sangat menikmati perpaduan agama, budaya, dan cara hidup di Indonesia.
Huang, yang berencana bekerja di Indonesia setelah lulus, mengatakan kepada CNA bahwa mengunjungi Yogyakarta membuatnya sadar bahwa ia lebih cocok tinggal di Indonesia daripada Taiwan karena gaya hidup yang lebih lambat dan kelembaban yang lebih rendah.
Cheng Tai-hsiang (鄭泰祥), Ketua Masjid Agung Taipei, mengatakan bahwa selain mempromosikan pertukaran budaya bilateral, acara tersebut juga bertujuan untuk menunjukkan rasa terima kasih kepada orang Indonesia di Taiwan atas kontribusi mereka di pasar tenaga kerja lokal.
"Saudara-saudara Indonesia sangat penting bagi masyarakat kami. Ini berkaitan dengan keamanan negara, karena tanpa mereka, keluarga kami di Taiwan, masyarakat Taiwan akan menghadapi masalah yang sangat serius," katanya.
Ketika suhu mencapai 34 derajat Celsius pada Sabtu siang, Rakha Ramadhana, ketua pelaksana festival, menyebutkan bahwa cuaca yang tidak nyaman ditambah dengan banyaknya orang Indonesia yang kembali ke negara mereka untuk berlibur menjadi beberapa alasan mengapa hanya ada 100 partisipan yang menghadiri acara tersebut.
Selesai/ML