Taipei, 23 Nov. (CNA) Sebuah studi oleh peneliti Taiwan menemukan bahwa dibandingkan dengan anak pertama, anak kedua dan ketiga memiliki tingkat penyakit alergi dan asma yang lebih rendah, kemungkinan karena peningkatan paparan mikroba pada awal kehidupan.
Studi yang diterbitkan pada bulan September dalam jurnal medis Pediatric Allergy and Immunology ini menyelidiki hubungan antara menurunnya angka kelahiran di Taiwan dan meningkatnya prevalensi penyakit alergi pada anak-anak.
Tingkat fertilitas di Taiwan telah menurun secara signifikan, dari 3,69 pada tahun 1970, menjadi 1,5 pada tahun 1998 dan 0,87 pada tahun 2023, menurut studi tersebut.
Pada saat yang sama, prevalensi asma pada anak-anak meningkat dari 1,3 persen pada tahun 1974 menjadi 20,3 persen pada tahun 2019, sementara tingkat rinitis alergi (hay fever) naik dari 7,8 persen menjadi 50,6 persen dan tingkat eksim naik dari 1,4 persen menjadi 11,3 persen, kata studi itu.
Untuk memahami perubahan ini, para penulis studi menganalisis data dari Basis Data Registrasi Kelahiran Taiwan dari tahun 2004 hingga 2014 dan menghubungkannya dengan Basis Data Penelitian Asuransi Kesehatan Nasional, mengkategorikan anak-anak berdasarkan urutan kelahiran mereka.
Data tingkat fertilitas dan prevalensi alergi dari tahun 1974 hingga 2023 juga dianalisis untuk mengeksplorasi tren jangka panjang.
Para peneliti menemukan bahwa urutan kelahiran yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko penyakit alergi yang lebih rendah.
Dibandingkan dengan anak pertama, anak kedua dan anak ketiga atau lebih memiliki risiko eksim yang lebih rendah (masing-masing sebesar 21,3 persen dan 37,5 persen), asma (25,0 persen dan 26,9 persen) dan alergi musiman (16,3 persen dan 29,3 persen), menurut studi tersebut.
Menurut para penulis, temuan ini menunjukkan bahwa "menurunnya fertilitas dan ukuran keluarga yang lebih kecil dapat berkontribusi pada meningkatnya prevalensi alergi pada anak-anak."
Meskipun mereka tidak menyatakan mengapa anak pertama memiliki tingkat penyakit tersebut yang lebih tinggi, mereka berspekulasi bahwa hal ini mungkin terkait dengan "berkurangnya paparan mikroba sejak dini dalam kehidupan."
Studi ini ditulis oleh Chan Chin-kan (詹金淦), seorang dokter anak di Taoyuan General Hospital, dan Chen Pau-chung (陳保中), direktur National Institute of Environmental Health Sciences.
Selesai/ML