Taipei, 20 Feb. (CNA) Stasiun penelitian pertanian di Taiwan timur, Rabu (19/2) mengumumkan mereka telah mengembangkan mesin pembersih buah atemoya yang dapat memproses 3,3 kali lebih cepat dibanding tenaga manusia dan menghilangkan kutu putih, meningkatkan daya saing ekspor yang sempat terhambat akibat hama tersebut.
Pada 2021, Tiongkok sempat melarang impor atemoya -- buah hasil kawin silang antara manoa dan srikaya -- Taiwan karena mendeteksi adanya kutu putih. Saat ini, ekspor ke sana telah dibuka kembali tetapi hanya untuk kebun dan fasilitas pengemasan tertentu yang telah disertifikasi.
Direktur Stasiun Penelitian dan Penyuluhan Pertanian Distrik Taitung (TTDARES), Chen Hsin-yen (陳信言), mengatakan bahwa kutu putih berukuran sangat kecil, dengan telur seukuran ujung jarum dan bentuk dewasanya sekecil setengah butir beras, sehingga pembersihan manual sangat sulit dan memakan waktu.
Mesin baru ini, kata Chen, telah diperbarui dengan cakar penjepit buah yang lebih stabil, sehingga mampu menangani berbagai bentuk buah, termasuk yang bentuknya tidak sempurna.
Mesin ini juga dapat beroperasi secara terus-menerus, membersihkan lebih dari 1.200 buah per jam, yang membuat kebutuhan akan pekerja manual berkurang dari sepuluh menjadi tiga orang, membuatnya 3,3 kali lebih cepat, menurutnya.
Selain membersihkan hama, kata Chen, mesin ini juga meningkatkan standar kebersihan dengan menambahkan proses penyemprotan larutan natrium hipoklorit untuk sterilisasi setelah pencucian air dan udara bertekanan.
Saat ini, sekitar 30 fasilitas pengemasan di Kabupaten Taitung masih menggunakan tenaga manual, tetapi setelah mengetahui inovasi ini, salah satu perusahaan pengemasan di sana telah menyatakan minat untuk membelinya, imbuhnya.
Menurut peneliti senior TTDARES, Huang Jheng-long (黃政龍), satu perusahaan telah berminat untuk memproduksi mesin ini secara massal dengan perkiraan harga NT$1,8 juta (Rp897,95 juta).
Jika tidak ada kendala, mesin ini diperkirakan mulai digunakan untuk pembersihan buah pada akhir tahun ini, ujarnya.
(Oleh Yang Shu-min dan Antonius Agoeng Sunarto)
Selesai/JC/CC