Taipei, 9 Nov. (CNA) Para ahli mendesak tindakan pemerintah yang lebih kuat untuk membatasi asupan gula, seiring tingkat diabetes di kalangan warga Taiwan di bawah usia 40 tahun meningkat sebesar 25 persen antara tahun 2016 dan 2020, dengan pola makan yang buruk diidentifikasi sebagai faktor utama penyumbang.
Menurut laporan tahunan 2024 yang dirilis pada 5 November oleh Asosiasi Pendidik Diabetes Taiwan (TADE), Taiwan kini memiliki lebih dari 2,56 juta pasien diabetes, menghadapi tantangan ganda berupa populasi yang menua dan meningkatnya jumlah kasus diabetes yang muncul di usia muda.
Lebih dari 20 persen pasien didiagnosis sebelum usia 50 tahun, sementara kasus pada mereka yang berusia di bawah 40 tahun meningkat sekitar 25 persen, kata Hsu Chih-cheng (許志成), direktur eksekutif Pusat Nasional Penelitian Geriatri dan Kesejahteraan, dalam konferensi pers yang diadakan oleh TADE di Taipei.
Hsu mencatat bahwa diabetes tidak lagi terbatas pada orang dewasa paruh baya dan lanjut usia.
Pasien yang lebih muda menghadapi durasi penyakit yang lebih lama dan timbulnya komplikasi terkait lebih awal seperti retinopati, penyakit ginjal, dan kondisi kardiovaskular -- yang menimbulkan beban jangka panjang bagi individu dan sistem kesehatan, katanya.
Gaya hidup tidak sehat -- termasuk pola makan tinggi gula dan kurang olahraga -- mendorong peningkatan kasus di kalangan anak muda, tambah Hsu.
Menurut survei kesehatan nasional, lebih dari 30 persen orang dewasa minum minuman manis setiap hari, dengan proporsi yang bahkan lebih tinggi di kalangan remaja.
Ahli gizi dan pengawas TADE Ouyang Chung-mei (歐陽鍾美) mengatakan dalam konferensi pers bahwa pengurangan gula telah menjadi prioritas kesehatan masyarakat global.
Ouyang mengutip studi lokal yang menunjukkan bahwa sekitar 70 persen minuman kemasan yang dijual di Taiwan adalah produk "tinggi gula", dengan 41,6 persen melebihi batas yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia yaitu 25 gram gula per sajian.
Hampir semua teh boba dengan gula penuh (98 persen) jauh melebihi batas tersebut, dan bahkan versi "rendah gula" atau manis 30 persen juga melampaui batas itu pada 28 persen sampel, tambahnya.
Ouyang mendesak pemerintah untuk belajar dari pengalaman Inggris, Afrika Selatan, dan Singapura dengan memperkenalkan label peringatan nutrisi wajib, memperluas pendidikan kesehatan di sekolah dan komunitas, serta menaikkan pajak gula.
Ia juga mendorong industri makanan untuk mendukung kebijakan pengurangan gula dengan merumuskan ulang produk, sekaligus membantu membangun lingkungan makanan yang lebih sehat guna mencegah diabetes dan penyakit kronis lainnya.
Selesai/ML