Taipei, 8 Nov. (CNA) Pakar dari Taiwan, Amerika Serikat (AS), dan Indonesia baru-baru ini menggelar seminar medis internasional di Surabaya, dengan fokus pada penyakit menular dan pengembangan vaksin serta mencakup pembahasan telemedisin dan aplikasi kecerdasan buatan (AI).
Seminar ini, yang diprakarsai bersama oleh Kantor Dagang dan Ekonomi Taipei (TETO) di Surabaya dan Konsulat Jenderal AS di Surabaya, digelar di Rumah Sakit Universitas Airlangga (Unair) pada Rabu (4/11), menarik hampir 300 peserta, kata kantor tersebut dalam sebuah rilis pers.
Akibat penutupan pemerintah federal, Konsul Jenderal AS di Surabaya Chris Green, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS di Indonesia Rebecca Merrill, dan tim mereka tidak dapat hadir, menurut rilis pers.
Namun, pihak AS menghubungi perusahaan terkait seperti Becton Dickinson dan Cepheid, yang mengirimkan pembicara ntuk menyampaikan perspektif dalam diagnosis dan pengobatan biomedis, sementara Merrill mengikuti seminar secara daring dari Jakarta.
Dari pihak Taiwan, tim Rumah Sakit National Taiwan University (NTUH) Cabang Yunlin hadir, mencakup dokter spesialis dan kepala perawat dari bidang infeksi, pediatri, penyakit dalam paru, keperawatan, serta layanan medis internasional.
Mereka membagikan pengalaman Taiwan dalam pencegahan dan pengelolaan tuberkulosis dan HIV/AIDS, serta pedoman praktik perawatan di rumah, menurut rilis pers.
Selain itu, dua wakil direktur dari Quanta Computer Inc. Taiwan turut hadir, mempresentasikan perkembangan terbaru peralatan dan platform telemedisin mereka.
Direktur Jenderal TETO Surabaya, Isaac C. Chiu (邱陳煜) mengatakan seminar ini bukan hanya kerja sama yang kuat, tetapi juga menciptakan model saling menguntungkan untuk pihak Taiwan, AS, dan Indonesia dengan dampak yang luas.
Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur berupaya meningkatkan standar medis lokal untuk mengurangi biaya dan kesulitan masyarakat yang harus mencari layanan medis ke luar negeri, sekaligus mendorong pengembangan industri medis wisata, kata Chiu.
Hasil seminar ini, ujar Chiu, ia harapkan dapat memberi wawasan dan inspirasi, sementara Taiwan menjadi mitra terbaik bagi pengembangan industri medis di Indonesia.
Chiu juga menyoroti bahwa Taiwan dikenal dalam bidang medis dan teknologi tinggi, dengan asuransi kesehatan universal yang praktis dan merata.
Taiwan mendapat peringkat pertama dalam performa kesehatan global menurut Numbeo Index, serta memproduksi 95 persen cip canggih dan 90 persen server AI global, memadukan keunggulan teknologi dan industri medis untuk mengeksplorasi titik temu lintas bidang dan inovasi, ujarnya.
Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Pengembangan Komunitas Unair, Muhammad Miftahussurur, menyampaikan terima kasih atas dukungan dan kerja sama jangka panjang Taiwan dan TETO.
Sementara itu, Direktur RS Unair Nasronudin dan Wakil Direktur NTUH Cabang Yunlin, Hung Chien-ching (洪健清), yang mengikuti seminar secara daring, sepakat hasil pertukaran internasional ini dapat menjadi referensi kebijakan kesehatan masyarakat Indonesia, menurut rilis pers.
Mereka juga sepakat setiap negara dapat belajar dari pandemi COVID-19, di mana penyakit menular tidak mengenal batas dan keselamatan hidup seluruh manusia menjadi tanggung jawab bersama, dan bahwa kolaborasi Taiwan-AS-Indonesia membantu membangun komunitas internasional yang lebih tangguh dalam pencegahan, menurut rilis pers.
Menurut TETO Surabaya, seminar ini memberikan banyak manfaat, mengukuhkan prestasi medis Taiwan di kancah internasional dan menunjukkan efek nyata diplomasi komprehensif negara tersebut.
Kolaborasi Taiwan, AS, dan Indonesia dalam isu medis telah menciptakan model kerja sama visioner dan inovatif, menunjukkan bahwa Taiwan tidak hanya mampu menangani isu medis penting, tetapi juga bersedia membantu pihak lain yang membutuhkan, kata kantor tersebut.
Selesai/ML