Taipei, 12 Agu. (CNA) Tiga eksekutif dari Taiwan Disability Care Association, termasuk direktur jenderalnya, hari Senin (11/8) dituntut di Taipei atas dugaan penggelapan donasi amal publik sebesar NT$110 juta (Rp 59,8 miliar), pelanggaran kepercayaan, dan penipuan pinjaman bank.
Seorang pria bermarga Hsiao (蕭) menjabat sebagai direktur jenderal asosiasi yang didirikan pada 2011 tersebut sampai ia menjadi buronan dalam kasus pidana pada 2021. Istrinya, bermarga Chen (陳), kemudian mengambil alih posisi tersebut, menurut siaran pers dari Kantor Kejaksaan Distrik Shilin.
Namun, kejaksaan mengatakan Hsiao tetap mengendalikan keuangan dan aset asosiasi bersama Chen, dengan menggunakan marga palsu Huang (黃) sambil berpura-pura menjadi asisten di asosiasi tersebut.
saudarinya juga tercatat sebagai direktur eksekutif dan ikut serta dalam kegiatan penggalangan dana asosiasi, kata kantor kejaksaan.
Ketiganya diduga menyalahgunakan donasi amal publik dari 2019 hingga Maret 2025 dan mentransfer dana tersebut ke rekening kerabat mereka untuk keperluan pribadi seperti membeli properti, membayar tagihan kartu kredit, dan pelunasan pinjaman.
Total dana yang digelapkan mencapai NT$110 juta, kata kejaksaan.
Penyidikan mengungkapkan bahwa antara 2019 dan April 2025, Hsiao dan Chen mempromosikan kegiatan amal asosiasi melalui situs webnya dan menyewa cabang Taiwan dari sebuah perusahaan Singapura dan Malaysia untuk melakukan kampanye advokasi jalanan dan telemarketing guna meningkatkan donasi.
Akibatnya, asosiasi menerima donasi sebesar NT$250 juta, namun hanya sekitar NT$10 juta yang digunakan untuk biaya operasional dasar dan proyek kesejahteraan publik, kata kejaksaan.
Menurut kejaksaan, antara 2021 dan 2025, asosiasi membayar dua perusahaan tersebut sebesar NT$130 juta -- 79 persen dari pendapatan yang dilaporkan -- melebihi rasio pengeluaran hukum untuk biaya penggalangan dana.
Hal ini berarti sebagian besar donasi digunakan untuk pemasaran penggalangan dana, bukan untuk tujuan amal yang dimaksudkan, sehingga merupakan pelanggaran kepercayaan, menurut kejaksaan.
Secara terpisah, pada 2022 dan 2023 Hsiao membeli dua properti di Distrik Linkou, New Taipei, atas nama saudarinya, kata kejaksaan.
Ia juga mentransfer dana asosiasi sebesar NT$2,1 juta ke rekening saudarinya, memalsukan catatan gaji dan menerbitkan pernyataan pemotongan pajak palsu, seolah-olah dia adalah seorang teknisi di asosiasi dengan gaji tahunan NT$2,3 juta.
Dengan menggunakan dokumen palsu ini, ia secara curang memperoleh pinjaman bank sebesar NT$52,16 juta, kata kejaksaan.
Meskipun sepenuhnya menyadari bahwa dana tersebut berasal dari donasi yang digelapkan, saudarinya membantu Hsiao menyembunyikan aset yang dibeli dengan dana ilegal dan mengizinkannya mendaftarkan tujuh kendaraan pribadi atas namanya, tambah mereka.
Kantor Kejaksaan Distrik menuntut Hsiao, Chen, dan saudari tersebut atas dugaan penggelapan dana kepentingan publik, pemalsuan dokumen, penipuan, pelanggaran kepercayaan, pencucian uang, dan melindungi buronan.
Ketiganya tetap ditahan dan akan dipindahkan ke Pengadilan Distrik Shilin, yang akan memutuskan apakah penahanan mereka akan diperpanjang.
Selesai/JC