Taipei, 2 Sep. (CNA) Hampir 1.000 pekerja tambahan di Taiwan ditempatkan dalam status cuti tanpa dibayar pada paruh kedua bulan Agustus, sehingga total secara nasional menjadi sekitar 5.000 orang hingga hari Senin (1/9), menurut Kementerian Ketenagakerjaan (MOL).
Angka-angka tersebut mencerminkan tren kenaikan yang berlanjut sejak April, ketika pemerintahan Trump mulai memberlakukan tarif pada barang-barang dari Taiwan dan sekitar 100 negara lainnya.
Hingga Senin, sebanyak 4.863 pekerja dari 245 perusahaan berpartisipasi dalam program cuti tidak dibayar, naik 929 pekerja dan 54 perusahaan dibandingkan 18 Agustus. Sebagai perbandingan, terdapat 1.682 pekerja dari 110 perusahaan pada pertengahan April dan 4.459 dari 275 perusahaan setahun sebelumnya, menurut data kementerian.
Huang Chi-ya (黃琦雅), kepala Departemen Standar Tenaga Kerja dan Kesetaraan Kerja, mengatakan 62,8 persen dari mereka yang terdampak -- 3.055 pekerja di 118 bisnis -- menjalani cuti tidak dibayar karena tarif dari AS.
Ia mengatakan peningkatan ini sebagian besar didorong oleh sektor manufaktur, yang menyumbang 92 persen dari seluruh pekerja yang cuti tidak dibayar, atau 4.479 karyawan di 191 perusahaan. Di antara mereka, 3.685 pekerja dari 156 perusahaan berada di industri pengerjaan logam dan elektromekanik.
Huang mencatat bahwa dua produsen peralatan mekanik berskala menengah termasuk yang paling terdampak, dengan masing-masing terpaksa memberlakukan cuti tidak dibayar kepada lebih dari 100 karyawan akibat penurunan tajam pesanan. Kedua perusahaan tersebut sebelumnya belum pernah mengajukan program cuti tidak dibayar, tambahnya.
Selesai/JC