Taipei, 2 Sep. (CNA) Sejumlah organisasi pelajar, mahasiswa, pekerja, dan masyarakat sipil di Taiwan telah menyuarakan solidaritas terhadap demonstrasi yang berlangsung di Indonesia baru-baru ini sebagai protes pada kebijakan-kebijakan yang dinilai tidak prorakyat dan kekerasan aparat yang mengikutinya.
Baca juga: Organisasi pelajar dan pekerja Indonesia di Taiwan minta pemerintah RI buka ruang dialog
Migrante Taiwan, kelompok migran Filipina di Taiwan, mengatakan dalam sebuah unggahan media sosial pada Minggu (31/8) bahwa "Kami berdiri bersama saudara-saudari kami dari Indonesia melawan kekerasan polisi dan korupsi. Kami menuntut keadilan bagi Affan Kurniawan."
"Alih-alih didengar, rakyat dibungkam dan dihukum karena menyuarakan pendapat. Bagi migran di Taiwan dan di mana pun, perjuangan ini sama. Pekerja [migran] hilang kontak hidup dalam ketakutan akan razia, deportasi, dan demonisasi, sama seperti para pengunjuk rasa Indonesia yang difitnah di tanah air. Pengalaman bersama akan kekerasan dan eksklusi ini mengikat kita bersama," kata mereka.
Dalam kesempatan terpisah, anggota International Socialist Forward (ISF) Taiwan, Li Hong-guang (李紅光) kepada CNA menyatakan pada Minggu, "Fondasi kehidupan generasi mendatang [Indonesia] telah dijadikan korban oleh pejabat korup yang berkuasa, sementara pemerintah tidak menunjukkan komitmen terhadap pembangunan yang adil."
"Kami juga menyerukan kepada saudara-saudari sebangsa dari Indonesia yang berada di Taiwan untuk turut serta menyatakan solidaritas" dengan ikut serta dalam aksi, menyuarakan dukungan di dunia maya, ataupun menjalin hubungan dengan media, kata Li.
"Kami yakin kaum pekerja dan pemuda di seluruh dunia sedang saling terhubung ... Semoga perjuangan ini dapat menyalakan gerakan perubahan yang lebih besar, demi memperjuangkan martabat dan masa depan generasi berikutnya," tambahnya.
Baca juga: Pakar lulusan Taiwan: Respons insiden ojol, elite Indonesia harus berempati dan dengar aspirasi
Sementara itu, National Taiwan University (NTU) Labor Club dalam sebuah unggahan media sosial hari Minggu mengatakan bahwa mereka menolak kekerasan terhadap kaum tertindas Indonesia serta mendukung tuntutan atas upah pekerja yang layak, jaminan pekerjaan, dan penghentian kebijakan yang memihak kapital.
"Kami menyerukan agar pekerja dan mahasiswa bersatu untuk melawan ... Kami yakin masa depan tidak seharusnya, dan tidak akan, ditentukan para pejabat yang duduk di ruangan berpendingin, melainkan akan dibentuk kekuatan kaum tertindas yang berani bersatu," ujar mereka.
Di sisi lain, Action to Defend the Student Rights in Taiwan (ADSR) mengatakan kepada CNA pada Minggu, "Sebagai pelajar yang mendorong dan terlibat dalam perjuangan, meskipun dipisahkan lautan, hati kami tetap bersama para pelajar Indonesia."
Asia Citizen Future Association (ACFA), organisasi masyarakat sipil yang berbasis di Taiwan, dalam sebuah unggahan media sosial hari Senin menuntut Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) menghentikan penggunaan kekuatan berlebihan.
Mereka juga meminta Polri dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) menghentikan "penghilangan paksa" serta segera membebaskan dan melindungi warga yang ditahan, sementara menuntut Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) melancarkan investigasi.
ACFA pun menuntut Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melaksanakan fungsi pengawasannya dan menjalankan legislasi yang menjamin hak rakyat, serta meminta Presiden Prabowo Subianto mengecam kekerasan polisi, menjamin hak berkumpul, dan memastikan negara memenuhi hukum HAM internasional.
Mereka pada Senin malam juga mengundang masyarakat sipil dan publik Taiwan untuk bersama-sama menandatangani sebuah petisi solidaritas untuk rakyat Indonesia, yang hingga berita ini terbit telah diikutsertai 13 organisasi.
Baca juga: Sejumlah LSM Taiwan tanda tangani petisi solidaritas demonstrasi Indonesia
Lennon Wong (汪英達) dari Serve the People Association (SPA), salah satu organisasi yang menandatangani petisi, mengatakan kepada CNA, "Kita merasakan kemarahan yang sama ketika melihat korupsi, dan kita merasakan kesedihan yang sama ketika melihat pekerja platform Affan Kurniawan tewas ditabrak kendaraan polisi."
Sambil berjuang bersama pekerja migran dalam mendesak pemerintah Taiwan melakukan perubahan dan menciptakan kondisi kerja yang adil, "Kami juga berdiri bersama pekerja migran Indonesia untuk menuntut perlindungan yang lebih kuat dari pemerintah, serta kondisi kerja yang lebih baik di Indonesia agar mereka tidak perlu bekerja ke luar negeri," ujarnya.
"Kami berdiri bersama rakyat Indonesia demi keadilan sosial, demokrasi, dan reformasi sosial yang sejati, serta mendesak pemerintah Indonesia untuk mengatasi seluruh persoalan ketidakadilan sosial dan menghadapi tuntutan rakyat," tambah Wong.
Sebelumnya, demonstrasi pecah pada 25 Agustus untuk memprotes kenaikan tunjangan DPR, dan berlanjut pada 28 Agustus bertepatan dengan aksi buruh. Di Pejompongan, Jakarta sebuah kendaraan taktis Korps Brigade Mobil menabrak pengemudi ojek daring, Affan, dan menewaskannya. Aksi pun berlanjut hingga menyebar dan menuntun pada perusakan dan kekerasan lainnya.
Menurut Amnesty International Indonesia, hingga Selasa telah ada sembilan orang tewas, 1.821 orang ditangkap, dan 270 korban kekerasan fisik hingga alat pengendali massa, sementara Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mengungkapkan hingga Senin ada 23 orang dilaporkan hilang.
Di Taiwan, serangkaian kejadian ini telah dilaporkan sejumlah media nasional, dari kantor berita hingga stasiun televisi, serta diedarkan berbagai unggahan media sosial.
Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taipei (TETO) di Indonesia pada 29 Agustus mengimbau warga Taiwan yang sedang di atau akan ke Indonesia untuk tetap memerhatikan keselamatan, selalu memantau perkembangan situasi protes, serta menghindari lokasi demonstrasi dan sekitarnya.
Pada Senin, TETO juga mengumumkan penutupan layanan loketnya selama hari itu. "Layanan normal akan kembali bergantung pada kondisi keamanan. Oleh karena itu, harap terus memantau pengumuman terbaru dari kami," kata mereka.
Kementerian Luar Negeri (MOFA) hari Selasa juga mengimbau warga Taiwan untuk waspada serta menghindari area di dekat lokasi protes dan demonstrasi.
Selesai/IF