Taipei, 25 Juni (CNA) Sebuah lokakarya internasional selama tiga hari tentang bantuan kemanusiaan dan respons bencana dimulai di Taipei hari Senin (23/6) untuk mempromosikan kemitraan lintas batas di seluruh dunia, menurut salah satu penyelenggara.
Lokakarya ini diluncurkan di Taipei, dengan pidato pembukaan disampaikan utusan tertinggi Jepang untuk Taiwan, Kazuyuki Katayama, dan Menteri Dewan Sains dan Teknologi Nasional Taiwan, Wu Cheng-wen (吳誠文), menurut Institut Amerika di Taiwan (AIT).
AIT adalah kedutaan besar de facto Amerika Serikat di Taiwan di tengah tidak adanya hubungan diplomatik dan merupakan salah satu penyelenggara acara yang berlangsung dari Senin hingga Rabu.
Program ini dihadiri lebih dari 150 peserta, termasuk 47 peserta internasional dari 34 negara dan wilayah, termasuk pejabat pemerintah senior, profesional bantuan kemanusiaan, dan pemimpin sektor swasta yang berkumpul di Taipei, kata AIT.
Program ini akan mengeksplorasi peran LSM, kolaborasi publik-swasta dalam membangun ketahanan bencana, penerapan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan dan sistem peringatan dini, serta praktik dalam koordinasi internasional melalui enam sesi tematik dan dua diskusi panel, tambahnya.
Setelah hari kedua, para peserta program melihat lebih dekat kemampuan Taiwan dalam kesiapsiagaan dan koordinasi bencana dengan kunjungan ke Yayasan Tzu Chi untuk demonstrasi teknologi kemanusiaan inovatif, Pusat Sains dan Teknologi Nasional untuk Pengurangan Bencana, dan Pusat Operasi Darurat Pusat Taipei, menurut pernyataan pers AIT.
GCTF diluncurkan tahun 2015 oleh Taiwan dan AS sebagai platform yang memungkinkan Taiwan untuk berbagi keahliannya dan berkontribusi pada isu-isu global bersama mitra global, seiring Taipei telah disisihkan dari organisasi internasional utama akibat tekanan dari Tiongkok.
Jepang, Australia, dan Kanada bergabung dengan GCTF sebagai mitra penuh pada 2019, 2021, dan 2024, secara berturut-turut.
Sejak diluncurkan, GCTF telah mengadakan 88 lokakarya internasional tentang topik seperti kesehatan masyarakat, kerja sama penegakan hukum, pemberdayaan perempuan, efisiensi energi, niaga-el, keamanan siber, bantuan kemanusiaan/tanggapan bencana, dan literasi media.
Lebih dari 10.000 pejabat pemerintah, pakar, dan perwakilan masyarakat sipil dari 133 negara telah berpartisipasi dalam acara-acara ini yang diadakan secara lokal dan di 17 negara di seluruh dunia, kata AIT.
Selesai/JC