Taiwan catat dua kasus chikungunya baru dari Indonesia

25/06/2025 14:48(Diperbaharui 25/06/2025 14:48)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Dokter CDC Lin Yung-Ching dalam konferensi pers rutin hari Selasa. (Sumber Foto : CNA, 24 Juni 2025)
Dokter CDC Lin Yung-Ching dalam konferensi pers rutin hari Selasa. (Sumber Foto : CNA, 24 Juni 2025)

Taipei, 25 Juni (CNA) Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Taiwan, Selasa (24/6) menyampaikan bahwa mereka telah mencatat dua kasus baru chikungunya yang keduanya tertular di Indonesia, menambah kasus total tahun ini menjadi 13, jumlah tertinggi untuk periode yang sama dalam 18 tahun terakhir.

Dokter CDC Lin Yung-Ching (林詠青) menjelaskan dalam laporan rutin hari Selasa bahwa salah satu kasus adalah pria berusia 30-an, warga Taiwan dari wilayah utara, yang melakukan perjalanan ke Indonesia pada awal hingga pertengahan Juni.

Saat kembali ke Taiwan, ia menunjukkan gejala demam, sakit kepala, dan kelelahan, namun hasil skrining cepat NS1 di bandara menunjukkan negatif, kata Lin.

Pria tersebut didiagnosis menderita flu saat berobat ke klinik dan diberikan obat oral, namun sampel lain yang diambil di bandara kemudian diuji di laboratorium dan dinyatakan positif virus chikungunya, tambahnya.

Sementara itu, kata Lin, satu kasus lainnya tercatat dari seorang wanita warga negara asing berusia 30-an di Taiwan tengah yang masuk dari Indonesia pada pertengahan Juni.

Saat kedatangan, ia mengalami demam dan hasil tes cepat NS1 di bandara juga negatif, namun kemudian muncul gejala tambahan seperti panas, pusing, mual, dan berkeringat dingin, dengan uji laboratorium akhirnya mengonfirmasi ia positif terinfeksi.

Juru bicara CDC Lo Yi-chun (羅一鈞) menjelaskan bahwa dari awal tahun hingga 23 Juni, telah tercatat 13 kasus chikungunya, yang semuanya berasal dari luar negeri.

Jumlah ini adalah yang tertinggi sejak penyakit ini dimasukkan dalam daftar penyakit menular wajib dilaporkan pada Oktober 2007, kata Lo.

Juru bicara CDC Lo Yi-chun. (Sumber Foto : CNA, 24 Juni 2025)
Juru bicara CDC Lo Yi-chun. (Sumber Foto : CNA, 24 Juni 2025)

Lo menekankan bahwa meskipun semua kasus saat ini berasal dari luar negeri, Taiwan pernah mengalami wabah chikungunya, terutama setelah musim libur musim panas pada bulan Agustus dan September.

Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat tetap waspada dan melindungi diri dari gigitan nyamuk saat bepergian ke luar negeri guna mencegah risiko penularan chikungunya dan demam berdarah di dalam negeri.

CDC juga menjelaskan bahwa vektor penular chikungunya sama dengan demam berdarah, yaitu nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti.

Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara dua hingga 12 hari, dengan periode penularan dimulai dua hari sebelum hingga lima hari setelah gejala timbul, dan gejala biasanya berlangsung tiga hingga tujuh hari, menurut pusat tersebut.

Gejala infeksi chikungunya termasuk demam mendadak, nyeri atau radang sendi (terutama pada sendi kecil di tangan dan kaki serta pergelangan tangan dan kaki), sakit kepala, mual, muntah, kelelahan, nyeri otot, dan sekitar setengah dari pasien mengalami ruam, kata CDC.

Lin menambahkan bahwa meskipun risiko gejala berat dari chikungunya lebih rendah dibandingkan demam berdarah, beberapa pasien mengalami nyeri sendi berkepanjangan yang bisa berlangsung hingga beberapa bulan.

Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa lansia, anak-anak, dan penderita penyakit kronis tetap perlu mewaspadai risiko infeksi ini.

(Oleh Tseng Yi-ning dan Jason Cahyadi)

Selesai/JA

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.