Testimoni PMI PPTM: Sebaiknya untuk yang mau terus bekerja di Taiwan

21/11/2024 20:38(Diperbaharui 21/11/2024 20:38)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Ephi bersama nenek yang dijaganya. (Sumber Foto : Ephi)
Ephi bersama nenek yang dijaganya. (Sumber Foto : Ephi)

Taipei, 21 Nov. (CNA) Herpianto Togarop (35) seorang pekerja migran Indonesia (PMI) menuturkan pada CNA bahwa lebih baik untuk tidak mendaftar sebagai Pekerja Teknis Tingkat Menengah (PTTM) jika majikan tidak menyetujui atau jika PMI tak punya rencana untuk kerja lebih lama di Taiwan.

Ephi, nama panggilan PMI yang telah bekerja di Taiwan selama 12 tahun ini membagikan testimoninya kepada CNA dan caranya menjadi pekerja jalur PPTM. Ephi mengatakan bahwa persyaratan PPTM lumayan menyita waktu karena harus melakukan tes bahasa TOCFL (The Test of Chinese as a Foreign Language).

Pernah jatuh sakit karena kecapaian hingga dipulangkan

Meski saat ini Ephi menikmati hasil dari PPTM-nya, ternyata perjalanan Ephi meraih kesuksesan ini tak semulus perkiraan orang. Pada awal kedatangannya sebagai PMI, Ephi pernah menjaga seorang lansia yang punya gangguan mental sekaligus demensia. Ephi mengatakan bahwa dulu dirinya hampir tak pernah tidur dan harus bekerja ekstra kuat menjaga pasien.

Setelah 2 tahun bekerja, Ephi pun jatuh sakit terkena penyakit gangguan hati atau hepatitis A. Hal tersebut dikarenakan ia terlalu letih bekerja dan kurang istirahat. Akhirnya ia harus kembali pulang ke Indonesia dan tidak melanjutkan kontraknya. Setelah dua tahun beristirahat di Indonesia, Ephi kembali ke Taiwan dan bekerja sebagai perawat lansia di Taoyuan.

Keberuntungan Ephi dimulai semenjak tujuh tahun lalu ketika ia pindah majikan untuk menjaga seorang lansia yang masih sehat di wilayah Nankang, Taipei. Ia hanya ditugaskan untuk menemani sang nenek jalan-jalan dan mengobrol, menurut cerita Ephi.

Ephi menuturkan, selama bekerja di keluarga ini, ia diperlakukan seperti keluarga sendiri. Majikan sering membawanya pergi ke luar kota bahkan ke luar negeri dan membiayai semuanya termasuk duduk di kursi kelas bisnis. 

“Kalau nenek pergi ke salon, saya juga ikutan. Kalau beliau ke akupuntur atau pijat, saya juga diajak bahkan ikut merasakan juga. Pernah kami pergi keliling Jepang dan ke Bali. Semuanya gratis, duduk di kursi kelas bisnis dan tinggal jalan-jalan menemani nenek saja tugasnya.” Ujar Ephi yang berasal dari Sumatera Utara ini.

Ephi (tengah belakang) saat berlibur dengan keluarga majikannya di Bali. (Sumber Foto : Ephi)
Ephi (tengah belakang) saat berlibur dengan keluarga majikannya di Bali. (Sumber Foto : Ephi)

Pengalaman menjadi PPTM 

Ketika ditanya CNA, siapa yang berinisiatif untuk mendaftarkan Ephi menjadi PPTM, ia menjawab bahwa majikan yang mendukungnya disertai dengan kemauannya. 

“Akhir bulan Juli tahun lalu saya mengurus PPTM, dan prosesnya selama satu bulan. Dulu gaji saya NT$24.000 (Rp11,716,743) kemudian setelah PPTM naik menjadi NT$28.000.” Ujar Ephi.

Ketika ditanya persyaratan apa saja yang dibutuhkan untuk daftar PPTM, Ephi menerangkan jika ada lima hal penting yang harus dipenuhi. Pertama, hasil tes TOCFL dengan tes bicara minimal mencapai level dua. 
Kedua, harus bekerja selama enam tahun tanpa terputus di majikan yang sama. 

Persyaratan ketiga yaitu belajar mengenai keperawatan selama 21 jam. Keempat, menyertakan identitas paspor dan Alien Resident Card (ARC) yang masih berlaku. Kelima, surat keterangan dari majikan bahwa majikan menyetujui dan menerangkan upah yang didapat PMI selama ini sebesar minimal NT$24.000 per bulan, menurut keterangan yang diberikan Ephi.

Saat ditanya mengenai biaya pendaftaran PPTM, Ephi mengatakan bahwa ia dan majikannya yang membayarnya secara bersama-sama. 

“Majikan membayar sebesar NT$26.000 dan saya juga membayar sebesar NT$26.000. Kebetulan majikan meminta agensi untuk mengurus semuanya, dan saya juga bersedia untuk membayar administrasi kepada agensi sebesar NT$2.000 per tahun,” ujar Ephi. 

Ephi menuturkan sebenarnya PPTM ini bermanfaat untuk teman-teman yang ingin bekerja lebih lama di Taiwan, terutama bagi mereka yang sudah bekerja 14 tahun, agar bisa lanjut bekerja di Taiwan lagi tak terbatas.

“Manfaat setelah PPTM, gaji bisa naik, izin masuk kembali ke Taiwan. Itu saja sebenarnya.” Tutur Ephi menambahkan.

Ephi pun menuturkan harapannya menjadi PPTM agar ia bisa bekerja dan mendapat warga tetap bisa bekerja di Taiwan selamanya.

“Jika teman-teman tidak mempunyai rencana untuk kerja di Taiwan lebih lama, sebaiknya tidak usah ikut PPTM. Bagi yang ingin PPTM, sebaiknya minta persetujuan majikan, kalau majikan tidak setuju ya tidak bisa. Jika ada rencana ganti majikan lebih baik tidak usah PPTM, karena majikan baru belum tentu mau memberikan gaji yang lebih tinggi,” ujar Ephi menutup wawancara.

(Oleh Miralux)
Selesai/JA

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.