Taipei, 3 Agu. (CNA) Pemerintah Kota (Pemkot) Keelung menyatakan bahwa Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang dilecehkan majikannya belum dikunjungi karena belum termasuk dalam prioritas kunjungan, dan ke depannya mereka akan lebih aktif memanfaatkan penerjemah untuk mencegah hal serupa.
Sebelumnya, anggota Parlemen Lin Shu-fen (林淑芬) dan Hung Sun-han (洪申翰) bersama perwakilan Serve the People Association (SPA) Taoyuan, Hsiao Yi-tsai (蕭以采), hari Jumat (2/8) mengadakan konferensi pers di Gedung Parlemen.
Dalam konferensi pers, pekerja perawat berkewarganegaraan Indonesia yang menjadi korban, melalui penerjemah mengatakan ia "Dipukul, diserang secara seksual, tidak diizinkan keluar, dan bekerja selama sembilan bulan tanpa gaji. Saya tidak ingin ada korban berikutnya yang seperti saya."
Hsiao mengatakan bahwa setelah mengetahui konferensi pers ini, Pemkot Keelung mendatangi kantor pusat perlindungan asosiasinya tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, meminta untuk bertemu PMI tersebut.
SPA meminta untuk menjadwalkan ulang pertemuan karena kondisi fisik dan mental pekerja migran yang buruk, namun Pemkot tersebut malah merekam dengan ponsel dan mengklaim bahwa hal tersebut mengganggu tugas publik, menurut Hsiao.
Sementara itu, Lin mengatakan kasus ini sangat tidak bisa diterima dan Pemkot Keelung harus bertanggung jawab. Lin menambahkan bahwa Pemkot bahkan tidak melakukan kunjungan dan hanya memeriksa melalui telepon.
Di sisi lain, Hung mengingatkan Wali Kota Keelung, Hsieh Kuo-liang (謝國樑) seharusnya menjalankan tugas pengawasan dan manajemen dengan baik, bukannya malah melindungi pelaku penyerangan seksual dan membiarkan Pemkot terlihat tak berdaya.
Menanggapi kejadian ini, Departemen Urusan Sosial (DOSA) Pemkot Keelung menyatakan bahwa sesuai dengan ketentuan dari Kementerian Ketenagakerjaan (MOL), pihak berwenang harus memprioritaskan kunjungan untuk pekerja rumah tangga migran yang baru pertama kali datang.
Selain itu, kata departemen tersebut, prioritas kunjungan juga mencakup daftar proyek layanan tinggi, kasus pengaduan Pekerja Migran Asing (PMA) 1955, serta PMA yang menunggu penggantian majikan, keberangkatan, perubahan pekerjaan, dan penempatan sementara oleh agensi yang ditunjuk majikan.
DOSA menunjukkan bahwa PMI yang menjadi korban dalam kasus ini mulai bekerja di Yunlin pada 8 November 2018 dan di Keelung pada September tahun 2023.
Karena PMI tersebut berganti majikan, kata departemen tersebut, ia memang seharusnya dikunjungi, namun belum dilakukan karena ini bukan kasus PMA yang baru datang ataupun termasuk prioritas kunjungan.
DOSA juga mengatakan pada 22 Juli, mereka menerima surat perintah dari MOL untuk menyelidiki adanya eksploitasi pekerja, dan pada 30 Juli, mereka menghubungi SPA untuk mengunjungi PMA tersebut.
Namun, menurut departemen tersebut, SPA tidak bisa menjadwalkan pertemuan karena sibuk.
DOSA pun menyatakan bahwa berdasarkan kepedulian mereka terhadap pekerja migran, petugas penanganan layanan langsung mengunjungi SPA pada hari Kamis, tetapi tetap tidak berhasil bertemu dengan PMI tersebut.
Hal tersebut tidak ada hubungannya dengan apakah SPA akan mengadakan konferensi pers, kata departemen tersebut.
Menanggapi tuduhan Hsiao tentang staf Pemkot Keelung yang merekam video, DOSA menyatakan bahwa mereka mengunjungi SPA sesuai dengan ketentuan untuk melakukan kunjungan layanan kasus, namun ditolak oleh asosiasi tersebut.
Oleh karena itu, menurut departemen tersebut, untuk menghindari kemungkinan terjadinya keadaan darurat, mereka merekam video untuk melindungi diri.
DOSA menambahkan untuk mencegah kejadian serupa, selain melakukan kunjungan prioritas sesuai ketentuan, Pemkot Keelung juga akan lebih aktif menggunakan penerjemah yang menguasai bahasa ibu untuk kunjungan bagi PMA yang tidak termasuk prioritas kunjungan.
Selain itu, Pemkot Keelung juga akan melakukan inventarisasi menyeluruh dan meningkatkan frekuensi kunjungan layanan untuk pekerja rumah tangga migran yang dipekerjakan langsung oleh majikan, menurut departemen tersebut.
Kepolisian Kota Keelung menyatakan bahwa tersangka dalam kasus ini, yang terlibat dalam kasus pemerkosaan, melarikan diri setelah diterbitkan surat perintah penangkapan oleh Kejaksaan Distrik Hsinchu.
Kepolisian tersebut menambahkan bahwa mereka telah menangkap tersangka di Distrik Ruifang, Kota New Taipei pada 26 Juli dan menyerahkannya ke Kejaksaan Distrik Keelung untuk diproses lebih lanjut.
(Oleh Wang Chao-yu dan Jason Cahyadi)
Selesai/IF