Fraksi KMT desak Presiden Lai beri grasi ke ibu dalam kasus "pembunuhan karena belas kasih"

18/11/2025 14:31(Diperbaharui 18/11/2025 14:31)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Sekretaris Jenderal Fraksi KMT Lo Chih-chiang (tengah) dan Legislator KMT Chen Ching-hui (kiri) dalam konferensi pers Senin. (Sumber Foto : CNA, 17 November 2025)
Sekretaris Jenderal Fraksi KMT Lo Chih-chiang (tengah) dan Legislator KMT Chen Ching-hui (kiri) dalam konferensi pers Senin. (Sumber Foto : CNA, 17 November 2025)

Taipei, 17 Nov. (CNA) Fraksi Kuomintang (KMT) pada Senin (17/11) mendesak Presiden Lai Ching-te (賴清德) untuk memberikan grasi khusus kepada seorang wanita berusia 80 tahun yang dijatuhi hukuman penjara karena membunuh putranya yang sangat cacat setelah merawatnya selama lima dekade.

Dalam konferensi pers, Sekretaris Jenderal Fraksi KMT Lo Chih-chiang (羅智強) mengatakan bahwa grasi adalah mekanisme hak asasi manusia konstitusional yang dirancang untuk menangani kasus-kasus "mengharukan" seperti wanita tersebut, yang saat ini bandingnya sedang disidangkan Pengadilan Tinggi Taiwan.

Dalam sindiran yang jelas kepada Presiden, Lo mengatakan Konstitusi tidak mengharuskan adanya putusan hukum yang berkekuatan tetap sebelum grasi dapat diberikan. Kantor Lai sebelumnya telah menyatakan tidak akan campur tangan selama proses peradilan masih berlangsung.

Lo menambahkan fraksi KMT akan secara resmi meminta grasi presiden untuk wanita tersebut.

Sementara itu, Legislator KMT Chen Ching-hui (陳菁徽) menyerukan kepada Menteri Kesehatan Shih Chung-liang (石崇良) dan Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan (MOHW) untuk mengambil tanggung jawab lebih dari sekadar mendukung seruan untuk pengampunan.

MOHW seharusnya secara menyeluruh meninjau kebijakan perawatan jangka panjang dan mengusulkan perbaikan konkret untuk mencegah tragedi serupa, sehingga memastikan setiap keluarga mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan, kata Chen.

Dokumen pengadilan menunjukkan bahwa wanita berusia 80 tahun itu tinggal di Distrik Songshan, Taipei, bersama putranya yang sudah dewasa dan seorang pengasuh asing.

Pada April 2023, wanita tersebut dirawat di rumah sakit karena COVID-19. Setelah pulang ke rumah, ia mendapati putranya juga terinfeksi virus tersebut dan mengalami demam tinggi yang berkepanjangan.

Dengan kondisi kesehatannya yang menurun -- ia pernah terjatuh, mengalami patah tulang, dan menjalani beberapa prosedur pemasangan stent jantung -- wanita itu mulai khawatir bahwa jika ia meninggal lebih dulu, putranya akan ditinggalkan tanpa siapa pun yang merawatnya, demikian menurut pengadilan.

Pengadilan Distrik Taipei mengakui kesulitan luar biasa yang telah dialami wanita tersebut dan menjatuhkan hukuman penjara dua setengah tahun, sambil merekomendasikan agar presiden mempertimbangkan pemberian grasi khusus.

(Oleh Liu Kuan-ting, Evelyn Kao, dan Muhammad Irfan)

>Versi Bahasa Inggris

Selesai/JC

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.