MAC kecam Ketua KMT karena hadiri peringatan kontroversial Teror Putih

10/11/2025 14:36(Diperbaharui 10/11/2025 14:36)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Ketua KMT Cheng Li-wun (鄭麗文) menghadiri peringatan Teror Putih di Taipei pada Sabtu. (Sumber Foto : CNA, 8 November 2025)
Ketua KMT Cheng Li-wun (鄭麗文) menghadiri peringatan Teror Putih di Taipei pada Sabtu. (Sumber Foto : CNA, 8 November 2025)

Taipei, 10 Nov. (CNA) Dewan Urusan Tiongkok Daratan (MAC) Taiwan hari Sabtu (9/11) mengkritik Ketua Kuomintang (KMT) Cheng Li-wun (鄭麗文) karena menghadiri peringatan Teror Putih yang kontroversial dan memasukkan Wu Shi (吳石), mendiang mata-mata komunis Tiongkok berpangkat tinggi, sebagai figur yang diperingati.

Menggambarkan seorang pengkhianat sebagai korban dari konflik tragis antara KMT dan Partai Komunis Tiongkok (PKT) serta membenarkan tindakan tersebut sebagai pembelaan atas perbedaan politik, "Merupakan penghinaan berat terhadap martabat bangsa dan penghinaan terbesar bagi banyak tentara dan warga sipil Republik Tiongkok (ROC) yang menderita atau tewas karena Wu Shi," kata MAC dalam sebuah pernyataan.

MAC mendesak Cheng untuk lebih fokus pada 232 warga Taiwan yang saat ini hilang atau ditahan di Tiongkok, daripada memperingati tokoh-tokoh seperti Wu.

"Hak asasi manusia dan kebebasan mereka jauh lebih mendesak dan sah untuk diperjuangkan dibandingkan memberikan penghormatan kepada Wu Shi," kata MAC.

Pernyataan ini dikeluarkan setelah Cheng menghadiri acara di Taman Peringatan Machangding di Taipei pada Sabtu pagi, yang memperingati mereka yang dianiaya selama periode Teror Putih antara 1949 dan 1992, ketika banyak orang dipenjara atau dieksekusi karena diduga melakukan perbedaan pendapat politik.

Cheng menjelaskan bahwa ia menerima undangan dari kelompok yang mewakili korban penganiayaan politik untuk mengenang para korban dan keluarga mereka, merenungkan ketidakadilan pada masa itu, dan mengadvokasi perdamaian -- bukan untuk menghormati agen intelijen.

Ia menambahkan bahwa acara tersebut telah diadakan selama lebih dari tiga dekade dan tidak pernah berfokus pada peringatan Wu atau orang lain sejenisnya, melainkan terutama pada korban yang dianiaya karena keyakinan atau sikap politik mereka.

Namun, foto Wu dipajang bersama foto korban lainnya di peringatan tersebut, sementara buku panduan acara memuat sebuah artikel yang menyebutnya sebagai martir.

"Ia bukanlah seorang pengkhianat dalam arti tradisional maupun sekadar korban yang harus dikenang. Pengorbanannya seharusnya tidak hanya dilihat dari sisi kesetiaan atau loyalitas, melainkan dipahami dalam konteks yang lebih luas dari proses pembebasan dan penyatuan nasional yang belum selesai," menurut artikel tersebut.

Kecaman kelompok masyarakat sipil

Taiwan Society North, sebuah organisasi masyarakat sipil prokemerdekaan Taiwan, mengeluarkan pernyataan pada Minggu, mengkritik Cheng karena berpartisipasi dalam acara yang mereka sebut diselenggarakan kelompok prounifikasi Tiongkok yang mengagungkan otoritarianisme -- yang dimaksud adalah Tiongkok komunis.

Asosiasi tersebut menuding Wu membocorkan intelijen selama Perang Huaihai, atau Pertempuran Hsupeng (徐蚌會戰), antara November 1948 dan Januari 1949, yang menyebabkan kehancuran lebih dari 100.000 pasukan Nasionalis (Kuomintang).

Sebagai letnan jenderal di Angkatan Darat Nasionalis, Wu membocorkan intelijen selama pertempuran besar antara Komunis dan Nasionalis, yang menyebabkan kematian massal tentara Nasionalis, namun kini ia digambarkan PKT sebagai seorang martir, kata asosiasi itu.

"Jika Cheng Li-wun terus mengaku sebagai pemimpin partai politik ROC namun berpartisipasi dalam acara yang menghormati mata-mata Komunis, itu sama saja dengan mendukung narasi PKT dan menjadi bagian dari kolom kelima mereka," kata asosiasi tersebut.

Wu menyusup ke pemerintahan KMT pada akhir 1940-an dan diam-diam bekerja untuk PKT tak lama setelah tiba di Taiwan pada 1949. Ia kemudian terbongkar dan dieksekusi pada 1950 karena spionase, dan secara anumerta dihormati Beijing sebagai martir revolusioner.

Mata-mata No. 1

Dikenal PKT sebagai "Utusan Rahasia No. 1," Wu diangkat menjadi wakil kepala staf Kementerian Pertahanan Nasional setelah tiba di Taiwan dan memberikan intelijen militer penting kepada PKT, menurut informasi di situs Bank Memori Hak Asasi Manusia Taiwan, yang dikelola oleh Museum Hak Asasi Manusia Nasional.

Pada Maret 1949, Wu menyerahkan peta penempatan pertahanan Sungai Yangtze milik KMT kepada Biro Tiongkok Timur PKT, memainkan peran kunci dalam kemenangan PKT dalam Perang Saudara Tiongkok, menurut laporan Yuan Kontrol tahun 2019.

Kementerian pertahanan pemerintah ROC yang saat itu dikuasai KMT di Taiwan kemudian mengungkap jaringan spionase Wu, mencegah dia dan rekan-rekannya memberikan intelijen militer kepada PKT yang dapat sangat membahayakan penempatan strategis dan keberhasilan operasi Taiwan, kata laporan itu.

Penemuan tersebut berkontribusi pada stabilitas Selat Taiwan dan perlindungan keamanan nasional, tambah laporan itu.

Kemunculan kontroversial ketua KMT

Kontroversi atas kehadiran Cheng di peringatan pada Sabtu muncul di tengah upaya baru Tiongkok untuk mengagungkan Wu Shi.

Kementerian Keamanan Negara dan Kantor Urusan Taiwan Tiongkok baru-baru ini bersama-sama menyutradarai drama mata-mata "Silent Honor" (沉默的榮耀) yang didasarkan pada kehidupan Wu.

Serial ini tayang perdana di stasiun televisi negara Tiongkok CCTV pada 30 September, Hari Martir Tiongkok, serta malam Hari Nasional Tiongkok pada 1 Oktober dan menggambarkan Wu sebagai pahlawan nasional.

(Oleh Lee Ya-wen, Christie Chen, dan Muhammad Irfan)

>Versi Bahasa Inggris

Selesai/JC

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.