Taipei, 4 Sep. (CNA) Seorang anggota lembaga pengawas tertinggi pemerintah Taiwan, Yuan Kontrol, pada Rabu (3/9) meluncurkan penyelidikan terhadap nama-nama jalan yang mungkin mengandung bahasa diskriminatif.
Dalam sebuah siaran pers yang diterbitkan di situs web Yuan Pengawas, Upay Radiw Kanasaw (鴻義章) menyoroti Jalan Fanjin, Jalan Fanzi, dan Jalan Fanshe di Desa Puyan, Kabupaten Changhua sebagai contoh nama jalan yang berpotensi bermasalah.
Kanasaw menyarankan bahwa karakter seperti "fan" (番) dan "man" (蠻) -- istilah Tionghoa yang secara historis sering membawa konotasi lain seperti "barbar" atau "primitif" yang merujuk pada orang non-Tionghoa -- dapat menyiratkan diskriminasi atau stereotip terhadap penduduk asli Taiwan.
Nama jalan seharusnya "Menghormati identitas etnis dan martabat budaya," sementara pemerintah daerah sebaiknya membangun mekanisme untuk penilaian budaya dan partisipasi etnis saat memberi nama atau mengganti nama jalan, ujarnya.
Kanasaw mencatat bahwa beberapa nama tempat mencerminkan konteks sejarah penduduk asli dan merekam interaksi antar etnis, dengan menunjuk Desa Fanlu di Kabupaten Chiayi sebagai rute utama menuju penduduk asli Tsou di Alishan.
Namun, ia menambahkan bahwa "Kurangnya sensitivitas budaya dalam beberapa nama masih terus memicu diskriminasi dan memengaruhi identitas serta martabat budaya penduduk asli."
Kanasaw mengatakan penyelidikan ini juga akan meneliti apakah aturan saat ini untuk penamaan dan penggantian nama jalan sudah memadai untuk memastikan bahwa penamaan ruang publik "Mencerminkan nilai-nilai penghormatan terhadap keberagaman dan mempromosikan harmoni sosial."
Menurut situs web yang dikelola oleh Kementerian Luar Negeri (MOFA), "Ada apresiasi yang semakin berkembang di Taiwan terhadap warisan budaya dari 16 suku penutur bahasa Austronesia yang secara resmi diakui, yang membentuk sedikit lebih dari 2,5 persen populasi."
Masyarakat Taiwan yang "Sebagian besar adalah Tionghoa Han" merupakan hasil dari "Gelombang imigran Tionghoa berturut-turut yang mulai datang pada abad ke-17," kata situs web MOFA.
Selesai/ja