Delapan orang dituntut atas perdagangan perempuan Indonesia untuk prostitusi di Taiwan

03/09/2025 16:03(Diperbaharui 03/09/2025 22:39)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

(Sumber Foto : Pixabay)
(Sumber Foto : Pixabay)

Taipei, 3 Sep. (CNA) Delapan orang telah dituntut atas perdagangan manusia yang memakan korban sejumlah perempuan Indonesia untuk transaksi seksual di Taiwan, hingga menewaskan salah satunya, kata kejaksaan Taipei pada Rabu (3/9).

Menurut surat tuntutan Kantor Kejaksaan Distrik Taipei, wanita Vietnam bermarga Vo dan pria Taiwan Hu (胡) bersama seorang warga Indonesia bernama Luna, yang hingga kini masih dicari, pada 2023 membentuk jaringan perdagangan manusia.

Vo bertanggung jawab merekrut wanita Indonesia ke Taiwan dan mengelola pembukuan, Hu bertugas memasang iklan serta mengarahkan pria bermarga Chen (陳), dan yang lainnya untuk menyewa apartemen dan mengumpulkan pendapatan dari transaksi seksual, sementara Luna bertindak sebagai kontak di Indonesia.

Penyidikan kejaksaan Taipei menemukan bahwa kelompok ini menggunakan iklan di Facebook, berpura-pura menawarkan pekerjaan bergaji tinggi di Taiwan sebagai pegawai spa, penyanyi karaoke pendamping, dan transaksi seksual, untuk menipu wanita Indonesia yang mengalami kesulitan ekonomi.

Mereka terlebih dahulu mengatur agar korban ikut tur ke Jepang dan memperoleh visa, kemudian masuk ke Taiwan dengan menggunakan Sertifikat Otorisasi Perjalanan (TAC), memungkinkan mereka tinggal 14 hari tanpa visa.

Setibanya di Taiwan, korban ditahan, disita paspornya, dipaksa difoto untuk iklan, dan diajarkan prosedur transaksi seksual, sementara Hu dan rekan-rekannya mengatur agar mereka bekerja di tempat-tempat prostitusi, apartemen sewaan di wilayah Taipei dan New Taipei, menurut penyidikan.

Menurut kejaksaan, untuk mencegah korban lari, kelompok ini membuat berbagai dalih utang sebagai ancaman. Korban bekerja lebih dari 12 jam per hari dalam transaksi seksual, namun hanya mendapat biaya hidup NT$200–500 (Rp106.909-267.270), menurut kejaksaan.

Sebagai perbandingan, upah minimum di Taiwan pada 2023 dan 2024 masing-masing senilai NT$176 dan NT$183 per jam.

Pada Juli 2024, salah satu korban dibawa ke rumah sakit karena gagal jantung. Selama sadar, ia sempat mengetik pesan melalui ponsel kepada pekerja sosial dan personel Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei untuk menyatakan tidak ingin kembali ke majikan, namun ia akhirnya meninggal dunia.

Korban lain yang mengalami ketidaknyamanan fisik tetap dipaksa melayani pelanggan, namun berhasil menelepon saluran siaga 1955 untuk minta bantuan, menurut kejaksaan.

Ada juga korban yang tidak tahan dengan pekerjaan seksual tersebut dan dibantu pelanggan pria untuk melarikan diri, serta menyerahkan diri ke kantor KDEI, sehingga kasus ini terungkap.

Kelompok tersebut merasa tidak puas karena pelanggan pria membantu korban melarikan diri, sehingga mereka mengumpulkan nomor ponsel dan data pribadi pelanggan dari tempat-tempat prostitusi lain.

Vo mengirim pesan ancaman, sementara Hu bahkan mengerahkan orang untuk mendatangi tempat kerja pelanggan agar menyerahkan korban, menurut penyidikan.

Kejaksaan Taipei menuntut Vo, Hu, dan enam terdakwa lainnya atas dugaan pelanggaran Undang-Undang (UU) Pencegahan Perdagangan Manusia dan UU Pencegahan Kejahatan Terorganisasi, serta meminta penyitaan keuntungan kriminal lebih dari NT$3,62 juta.

Kejaksaan menilai kasus ini melibatkan perdagangan manusia lintas batas, dengan delapan korban yang telah teridentifikasi, yang telah merusak hak asasi manusia dan citra internasional Taiwan.

Oleh karena itu, mereka meminta pengadilan menjatuhkan hukuman penjara minimal enam tahun untuk Vo dan Hu sebagai dalang, setidaknya dua tahun untuk Chen dan kepala tempat prostitusi bermarga Chien (簡), serta hukuman yang sesuai untuk terdakwa lainnya.

(Oleh Hsieh Hsing-en dan Jason Cahyadi)

Selesai/IF

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.