Taipei, 24 Feb. (CNA) Sekitar 100 orang Ukraina dan pendukungnya melakukan protes di luar kedutaan besar Rusia di Taipei hari Minggu (23/2) untuk mengingatkan dunia bahwa "Rusia adalah penjajah" menjelang peringatan ketiga invasi skala penuh Rusia ke Ukraina.
"Kami di sini untuk mengingatkan dunia bahwa Rusia adalah penjajah," kata Oleksandr Shyn, orang Korea-Ukraina dan salah satu penyelenggara, dalam acara di luar Kantor Perwakilan di Taipei untuk Komisi Koordinasi Moskow-Taipei.
Pernyataan Shyn tampaknya merujuk pada klaim salah Presiden AS Donald Trump baru-baru ini bahwa Ukraina memulai perang dengan Rusia.
"Anda seharusnya tidak pernah memulainya," kata Trump tentang Ukraina sambil mengkritik Presiden Volodymyr Zelenskyy, yang telah menyatakan kekhawatiran bahwa negaranya tidak termasuk dalam pembicaraan damai antara AS dan Rusia di Arab Saudi.
Shyn mengatakan kepada CNA di sela-sela protes Minggu bahwa perubahan sikap AS terhadap Ukraina telah membuat banyak orang Ukraina merasa dikhianati.
"Kami berharap [situasi] ini akan berubah," katanya
Trump baru-baru juga ini menyebut Zelenskyy sebagai "Diktator" yang menolak untuk mengadakan pemilihan.
Shyn mengatakan tidak ada keraguan bahwa Zelenskyy adalah presiden Ukraina yang sah sekaligus panglima tertinggi tentaranya.
"Kami menjalani darurat militer dan kami tidak dapat mengadakan pemilihan, kami tidak dapat membahayakan nyawa rakyat kami dengan mengadakan pemilihan," katanya.
Menurut konstitusi Ukraina, tidak sah untuk mengadakan pemilihan nasional selama periode darurat militer. Shyn juga mencatat bahwa Ukraina tidak menentang untuk membuat pengorbanan untuk mengakhiri perang.
"Seperti kenyataan baru menunjukkan, kami sekarang hidup dalam dunia yang sangat transaksional. Kami harus memberikan sesuatu dan kami harus menawarkan sesuatu untuk bantuan yang kami dapatkan, tetapi saya berharap ini akan rasional," tambahnya.
Shyn mengatakan kepada CNA bahwa protes hari Minggu juga dimaksudkan untuk terus menggalang dukungan atas nama Ukraina, terutama mengingat invasi telah berlangsung selama tiga tahun.
"Kami memiliki pesan yang sangat umum, pertama-tama, untuk meminta orang-orang mendukung kami, tetapi kali ini, tentu saja, untuk mendukung agensi Ukraina dan kehendak Ukraina serta hak Ukraina untuk ada."
"Dan kami juga ingin mengingatkan, sebagai orang yang tinggal di Taiwan, untuk mengingatkan dunia bahwa Taiwan mendukung Ukraina, bahwa negara ini di sisi lain dunia berdiri bersama rakyat Ukraina," tambahnya.
Per Februari, pemerintah Taiwan telah mengalokasikan lebih dari US$130 juta (Rp 2,12 milyar) untuk proyek infrastruktur di Ukraina, seperti jembatan, rumah sakit, gereja dan sekolah, sementara donasi pribadi telah melebihi US$32 juta, menurut Kementerian Luar Negeri.
Sementara itu, Chen Po-yuan (陳柏源), pegiat YouTube Taiwan yang berpartisipasi dalam protes hari Minggu, mengatakan kepada wartawan bahwa ia ingin mendukung Ukraina karena "Ukraina hari ini mungkin adalah Taiwan masa depan," mengingat keduanya berdiri di garis depan melawan diktator kuat.
"Jika Ukraina kalah, berikutnya pasti Taiwan," katanya, menekankan bahwa ini adalah alasan utama mengapa Taiwan harus mendukung Ukraina.
Selesai/JC
Berita Terkait
● AS menentang perubahan paksaan terhadap status quo Selat Taiwan: Rubio
● Anggota parlemen AS menolak Cina 'memperalat' resolusi PBB terhadap Taiwan