WAWANCARA /Rovina: Wanita asal Indonesia di Taiwan bantu anak imigran baru kenali akarnya

08/09/2025 17:06(Diperbaharui 08/09/2025 17:06)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Rovina Wiana, wanita asal Indonesia di Kabupaten Hualien. (Sumber Foto : CNA, 7 September 2025)
Rovina Wiana, wanita asal Indonesia di Kabupaten Hualien. (Sumber Foto : CNA, 7 September 2025)

Oleh Lee Hsien-feng dan Jason Cahyadi, reporter dan penulis staf CNA

Rovina Wiana, wanita asal Indonesia, telah menetap di Kabupaten Hualien selama 25 tahun setelah menikah. Demi belajar bahasa Mandarin, ia menempuh pendidikan 12 tahun di Taiwan. Kini, ia telah menjadi penyiar radio dan membangun kelompok belajar untuk mendampingi anak-anak imigran baru mempelajari budaya leluhur mereka.

"Datang jauh dari kampung halaman ke tempat asing adalah sebuah takdir sekaligus perjalanan penuh keberanian," kata Rovina. Ia bertemu suaminya, seorang pekerja produksi dan perbaikan mesin batu Hualien, di Indonesia dan menikah di Taiwan sebelum ia genap 20 tahun.

Mereka dikaruniai tiga anak: putra sulung yang telah lulus kuliah dan mengikuti jejak ayahnya di industri mesin batu serta dua anak kembar yang tengah menempuh perguruan tinggi.

Rovina menuturkan, ia melihat banyak keluarga sesama warga Indonesia menghadapi kendala karena perbedaan budaya, sehingga anak-anak sulit beradaptasi di sekolah. Untuk itu, ia pun bertekad membantu mereka.

Berawal dari perannya sebagai penyampai cerita di sekolah dasar, ia mulai mendampingi anak-anak setelah jam kelas, sekaligus mengajak rekan-rekannya yang pandai tarian tradisional Indonesia untuk mengajar tari.

Rovina Wiana di kelas. (Sumber Foto : Rovina)
Rovina Wiana di kelas. (Sumber Foto : Rovina)

Sekitar 6-7 tahun lalu, Rovina mendirikan "Indonesia Bersemi" (印尼共學團). Ia memanfaatkan ruang atap rumahnya dengan memasang lantai kayu dan cermin besar, lalu mengajarkan anggota keluarga imigran baru untuk menari dan belajar dengan gembira.

Dari sana, anak-anak imigran pun dapat mengenal tanah asal orang tua mereka, sementara warga lokal semakin memahami keragaman budaya Indonesia.

Untuk kostum tari tradisional Indonesia, Rovina pulang kampung untuk membelinya atau meminta kerabat mengirim kain dari tanah air, lalu ia jahit sendiri menjadi busana -- seperti pakaian khas Jawa atau batik yang dikreasikan menjadi kostum pertunjukan.

Dengan mengenakan busana indah, anak-anak semakin mahir menari dan mulai tampil di berbagai acara umum. Mereka sering mendapat undangan pentas, dan kepercayaan diri mereka pun tumbuh pesat.

"Ini bukan sekadar latihan tari berulang-ulang, melainkan juga sebuah warisan lintas budaya yang penuh kelembutan. Kelompok belajar bersama ini menjadi ruang belajar yang menyenangkan bagi anak-anak, serta wadah bagi para ibu imigran untuk saling mendukung dan menemukan nilai diri di tanah rantau," ujar Rovina.

Tujuan terbesarnya, kata Rovina, adalah agar sahabat-sahabat dari Indonesia bisa membangun kehidupan serta rasa memiliki di tanah air baru mereka.

Rasa rindu kampung halaman memang sulit dihindari, terutama pada makanan khas Surabaya, tanah kelahiran Rovina. Meski pisang Hualien terkenal enak dan mudah ditemukan, ia tetap menanam beberapa pohon pisang Surabaya di halaman rumahnya. "Aromanya, teksturnya, semuanya berbeda," ujarnya.

Bila Rovina memasak hidangan khas tanah air, ia akan mengajak teman-teman sesama perantau untuk menikmatinya bersama, sebagai salah satu cara mengobati rasa rindu kampung.

Jumlah pasangan dari luar Taiwan terus bertambah. Para imigran baru di Taiwan menghadapi perbedaan adat, bahasa, serta budaya, yang memunculkan berbagai kebutuhan seperti adaptasi kehidupan, bantuan ekonomi, pendidikan orangtua, bimbingan pekerjaan, keamanan pribadi, hingga jaringan dukungan.

Rovina mengatakan bahwa "Pusat Pelayanan Keluarga Imigran Baru Kabupaten Hualien" telah memberikan banyak bantuan, termasuk membuka berbagai kelas pendampingan yang bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh para imigran baru.

Selesai/ja

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.