Taipei, 20 Okt. (CNA) Dua Serial drama Taiwan bertajuk "Living" (有生之年) dan "Port of Lies" (八尺門的辯護人), yang menceritakan tentang Anak Buah Kapal (ABK) Indonesia di Taiwan dan mengangkat isu sosial serta hak pekerja migran, menjadi pemenang terbesar pada Hari kedua dari Penghargaan Golden Bell ke-59 dengan masing-masing enam penghargaan.
"Living" dianugerahi sebagai serial televisi terbaik, termasuk aktor utama terbaik, aktris utama terbaik, sutradara terbaik, aktor pendukung terbaik dan pendatang baru terbaik dalam serial televisi.
Serial ini berkisah tentang Kao Chia-yueh (高嘉岳), seorang pria yang gagal dalam cinta dan karier dan mempertimbangkan bunuh diri. Setelah kembali ke rumahnya untuk pertama kali dalam beberapa tahun guna mengunjungi keluarganya untuk terakhir kalinya, ia menyaksikan keteguhan mereka dalam menghadapi kerasnya hidup. Hal ini mengubah Kao menjadi pribadi yang berbeda.
Lin Chih-ju (林志儒), salah satu sutradara serial tersebut, mengatakan bahwa alur cerita tersebut didasarkan pada pengalaman sutradara lain, Hsu Chao-jen (許肇任), yang tumbuh di Distrik Wanhua, Taipei, yang menonjolkan sentuhan kemanusiaan yang unik dalam hubungan keluarga.
Penghargaan aktor utama terbaik diberikan kepada Wu Kang-ren (吳慷仁), yang tidak menghadiri upacara penghargaan tersebut.
Dalam pidato penerimaan yang telah disiapkan oleh Wu dan dibacakan oleh Hsu, aktor tersebut mengucapkan terima kasih kepada sutradara, yang telah berkolaborasi dengannya sebanyak tiga kali, atas bakatnya dan karena telah membantunya memahami arti "Hidup" saat syuting serial tersebut.
Aktris veteran Yang Kuei-mei (楊貴媚) memenangkan Golden Bell Award ketiganya setelah dinobatkan sebagai aktris utama terbaik atas perannya dalam "Living." Yang berterima kasih kepada para pemain dan kru acara tersebut, terutama para aktor dan aktris yang memerankan anggota keluarganya.
"Port of Lies" meraih penghargaan untuk miniseri terbaik, penulisan terbaik untuk miniseri atau film televisi, aktor utama terbaik dalam miniseri atau film televisi, skor terbaik, desain suara terbaik, penghargaan kreatif untuk serial drama, dan serial TV paling populer.
Serial ini menangani isu-isu sosial yang rumit, termasuk hukuman mati, eksploitasi, serta diskriminasi terhadap masyarakat suku adat, dan pekerja migran.
Port of Lies menceritakan bagaimana seorang ABK muda asal Indonesia yang dituduh lakukan pembunuhan di Taiwan, mendapatkan keadilannya setelah dibantu pengacara dan seorang pekerja rumah tangga migran asal Indonesia untuk mencegah hukuman mati.
Pengacara yang beralih menjadi pembuat film, Freddy Tang (唐福睿), yang menyutradarai miniseri tersebut, mengatakan bahwa "Yang terpenting dalam sebuah drama yang sukses bukanlah anggaran, pemeran, atau hak kekayaan intelektual (HKI). Yang terpenting adalah cerita yang relevan dengan era ini dan cara kita menyampaikannya."
Tang, yang menulis novel dengan judul yang sama sebagai adaptasi dari seri tersebut, juga dihargai untuk kategori penulisan terbaik untuk miniseri atau film televisi.
Serial ini dipersembahkan secara bersama oleh Chunghwa Telecom dan perusahaan lisensi HKI, Mirror Fiction Inc.
Pada 2021, serial ini menerima dana sebesar NT$20 juta (Rp9,6 miliar) dari Kementerian Kebudayaan setelah dinamai oleh Mirror Fiction sebagai novel terbaik untuk diadaptasi menjadi film atau televisi.
Penghargaan Golden Bell, dikenal sebagai Emmy Taiwan, diadakan selama dua malam sejak 2022 untuk mencegah acara berlangsung terlalu lama, dengan malam pertama didedikasikan untuk program televisi dan malam kedua untuk serial drama.
Selesai/IF