Taipei, 7 Juli (CNA) Taiwan masih berharap dapat mencapai kesepakatan dengan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Trump dalam pembicaraan tarif impor yang sedang berlangsung setelah tidak masuk kelompok pertama dari 14 negara yang disebut Gedung Putih berpotensi tinggi dikenakan bea masuk atas barang-barang mereka.
Sumber yang mengetahui situasi tersebut mengatakan bahwa 14 negara dalam daftar itu dimasukkan karena AS merasa negosiasi dagang dengan mereka tidak mengalami kemajuan, tidak berhasil, atau tidak layak untuk dilanjutkan.
Oleh karena itu, mereka diancam akan dikenakan tarif antara 25 persen hingga 40 persen mulai 1 Agustus jika tidak mencapai kesepakatan sebelum tanggal tersebut.
Sementara itu, Taiwan masih terlibat dalam pembicaraan dengan pemerintahan Trump, dan pihak AS berulang kali mengatakan bahwa negosiasi tersebut mengalami kemajuan, kata sumber tersebut.
Uni Eropa, yang juga tidak ada dalam daftar, dikatakan berada dalam posisi yang serupa.
Dalam pernyataan terpisah, Juru Bicara Yuan Eksekutif Michelle Lee (李慧芝) mengatakan Wakil Perdana Menteri Cheng Li-chiun (鄭麗君) sedang berada di Washington untuk melakukan pembicaraan mengenai tarif, namun tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan.
Di antara 14 negara dalam daftar, Indonesia menghadapi tarif 32 persen, serupa dengan "tarif resiprokal" awal yang diumumkan pemerintahan Trump pada 2 April sebelum kemudian mengumumkan jeda selama 90 hari pada 9 April. Begitu juga dengan Jepang, Korea Selatan, dan Malaysia, yang dikenakan 25 persen.
Dengan mendekatnya akhir masa jeda 90 hari, Trump mengatakan ia akan mengirim surat kepada negara-negara yang telah mencapai kesepakatan dengan AS untuk memberi tahu mereka tarif apa yang akan mereka hadapi.
Selesai/JC