Taipei, 25 Nov. (CNA) Sejumlah pekerja migran dan imigran baru merayakan kemenangannya di “10th Taiwan Literature Awards for Migrants” pada hari Minggu (23/11) di Taipei Main Station atas kontribusi mereka terhadap sastra Taiwan. Banyak penerima penghargaan memanfaatkan momen ini untuk mengungkapkan rasa terima kasih mereka kepada Taiwan sekaligus rasa frustrasi mereka atas keterbatasan yang masih mereka hadapi.
"Kami, para migran dan imigran di negeri asing ini, sangat beruntung karena Taiwan telah berbaik hati kepada kami," ujar Marvin Joaquin Alamag, seorang warga Filipina yang memenangkan salah satu dari tiga "Choice Awards", kepada hadirin di acara Penghargaan Sastra Taiwan ke-10 untuk Migran.
Alamag (38) memenangkan NT$20.000 (Rp10,658,263) dengan cerita Tagalognya "Ang Pagbabalik" (Kepulangan), yang mengisahkan seorang pekerja Filipina yang bunuh diri, saat ia bergulat dengan kenangan diskriminasi dan eksploitasi yang dialaminya di Taiwan.
Acara diakhiri dengan penyerahan "Hadiah Utama" kepada Nguyễn Thị Hiền, seorang mahasiswi berusia 23 tahun asal Vietnam. Ia menerima NT$150.000 untuk "The Rooftop Barber Shop" (頂樓的理髮店), sebuah cerita yang dipuji para juri karena penggambarannya yang intim tentang kehidupan migran sehari-hari di Taiwan.
Sementara itu, pada Senin (24/11) CNA mendapat kesempatan untuk wawancara secara eksklusif dengan Erin Sumarsini (46) seorang pekerja migran Indonesia (PMI) yang memenangkan penghargaan kategori Teen Choice Award (Pilihan Juri Remaja). Cerpen yang ditulisnya berjudul "Pong-Pong Birong" selama 1 bulan, Erin menuliskan cerita tentang persahabatan seekor anjing dan seorang pemuda muslim.
Kepada CNA, Erin menuturkan bahwa inspirasi cerita ini datang dari anjing milik saudara majikan yang sering dititipkan padanya.
"Saya menyukai anjing, tapi sebagai Muslim memang agak repot dan nyaris tidak mungkin memilikinya karena liurnya yang najis. Saya menulis ini untuk memberi sedikit gambaran pada orang Taiwan, mengapa rata-rata orang Indonesia menghindari anjing. Sekaligus saya juga ingin meluruskan persepsi teman-teman dari Indonesia yang kerap takut dan menganggap anjing sebagai binatang berbahaya, padahal anjing bisa sangat bersahabat dan menyenangkan," ujarnya.
Pong-pong Birong bercerita tentang Amin, seorang Muslim pekerja pabrik yang tidak terbiasa berinteraksi dengan anjing, tapi tanpa sengaja malah bersahabat dengan seekor anjing liar hitam. Persahabatan itu dimulai dengan Amin yang memberi sebutir bakso dan kepala ikan untuk anjing tersebut. Kemudian Amin memanggilnya Pong-pong Birong (Si Hitam Pong-Pong).
Suatu hari, mess tempat Amin tinggal kebakaran. Amin yang terlambat keluar karena ketiduran nyaris mati dilalap api. Namun Pong-pong Birong, entah dari mana, masuk menerjang api untuk menyeret Amin keluar dari mess yang sudah mulai runtuh dan terbakar hebat. Amin merasa sangat berterima kasih pada Pong-pong Birong yang awalnya hanya diberi sisa makanan tak seberapa, tapi akhirnya rela menerjang api untuk menyelamatkan hidupnya.
Saat ditanya mengenai perasaannya ketika menerima penghargaan, Erin menuturkan bahwa ia merasa sangat senang mendapat penghargaan tersebut.
"Penghargaan ini membuat saya mendapatkan kembali rasa percaya diri. Saya jadi bisa mengenali potensi dan nilai diri yang jarang mendapat pengakuan di lingkungan kerja. Karena kemenangan ini pula saya jadi bisa bertemu banyak orang yang sangat menghargai keberadaan saya. Bukan hanya sebagai pekerja yang dibayar karena tenaganya, melainkan juga sebagai penulis, pencipta, dan bagian dari masyarakat yang patut didengar suara dan pendapatnya," ujar Erin yang bekerja sebagai perawat migran di Chiayi.
Erin berpesan pada rekan-rekan PMI yang lain untuk bekerja dengan hati gembira.
"Taati peraturan hukum dan norma di negara orang. Gali potensi dan nilai diri, di bidang apa pun. Teruslah bersuara dan berpendapat, karena suara dan pendapatmu layak untuk didengar," ujarnya.
Acara diakhiri dengan penyerahan "Hadiah Utama" kepada Nguyễn Thị Hiền, seorang mahasiswi berusia 23 tahun asal Vietnam. Ia menerima NT$150.000 untuk "The Rooftop Barber Shop" (頂樓的理髮店), sebuah cerita yang dipuji para juri karena penggambarannya yang intim tentang kehidupan migran sehari-hari di Taiwan.
Pendiri penghargaan, Chang Cheng (張正), mengatakan hadiah uang tersebut ditujukan bagi para imigran "yang membantu menulis sejarah Taiwan, dan sejarah mereka sendiri."
(Oleh Sunny Lai dan Miralux)
Selesai/IF