Taipei, 6 Nov. (CNA) Musisi asal timur Indonesia, Asep Nayak dijadwalkan tampil dalam festival dua tahunan masyarakat suku Penduduk Asli Taiwan, Amis di Amis Musik Festival yang digelar di Dusun Dulan, Kabupaten Taitung, pada Sabtu (8/11) dan Minggu ini, menampilkan musik elektronik dan tabuhan khas Papua ke Taiwan.
Dalam pernyataan yang disampaikan Amis Music Festival, sejak 2016, festival ini telah mengundang teman-teman dari berbagai negara kepulauan di Pasifik untuk berpartisipasi.
Di tahun ini, Asep Nayak diundang untuk menampilkan lantunan ritual wisisi di Papua yang menjadi denyut elektronik di lantai dansa, kata pihak festival.
"Musik mereka bukan sekadar suara, tetapi juga identitas, ingatan, dan perlawanan," demikian disampaikan Amis Music Festival.
Selain Asep dari Indonesia, akan ada juga penampilan dari Ansamung dan Gonding Gen dari Sabah, Malaysia dan Taki Māori dari Aotearoa, Selandia Baru. Di samping tentunya banyak penampil lokal dari berbagai suku Penduduk Asli Taiwan serta sejumlah tradisi dan pengalaman multikultural.
"Anda dapat menikmati pengalaman budaya baru di wilayah adat suku Dulan, Dulanbi, membenamkan diri dalam suasana multikultural dan membuka 'visi' baru. Karena di sini, lagu-lagu dari berbagai kelompok adat di Taiwan, berbagai jenis musisi, dan suara dari Kepulauan Pasifik bertemu," kata pihak festival.
"Mungkin kita tidak saling memahami bahasa, tetapi kita pasti dapat merasakan kekuatan dari daratan, dari pegunungan dan lautan, dari orang-orang yang hidup tangguh di dunia modern," tulis pernyataan Amis Music Festival.
Kepada CNA, Asep mengatakan penampilannya di Amis Music Festival 2025 adalah kali kedua ia tampil di Taiwan. Tahun lalu, ia tampil di Sonic Shaman Festival, sebuah festival musik eksperimental dua tahunan yang digelar di Taipei.
"Tentu Taipei berbeda ya dengan Taitung. kalau Taipei lebih ramai, sementara Taitung lebih seperti pedesaan. Seperti tempat saya tinggal," kata Asep.
Menurut Asep di Amis Music Festival nanti, ia pun akan menyajikan penampilan yang berbeda dibanding penampilan pertamanya di Taiwan tahun lalu. Kali ini, kata Asep, selain menampilkan musik elektronik Wisisi, ia juga akan memadukannya dengan gitar dan alat musik tradisional dari pegunungan Papua, pikon.
"Nanti saya akan jelaskan juga tentang alat musik tersebut," kata Asep.
Musik wisisi sendiri adalah musik yang mengiringi tarian tradisional masyarakat Papua yang bisa diartikan sebagai tarian pergaulan anak muda. Asep dijadwalkan tampil pada Minggu di Amis Music Festival.
Di festival yang sama, pada Sabtu akan diadakan pemutaran film "Wisisi Nit Meke", sebuah film dokumenter 40 menit yang disutradarai oleh Boni Lany, Arif Budiman, Harun Rumabak dan produser Wok the Rock yang bercerita tentang perkembangan musik wisisi dengan pemeran utama Asep Nayak dan Pace Nogar.
Pemutaran di Taipei dan Hsinchu
Selain pemutaran di Amis Music Festival, film "Wisisi Nit Meke" juga akan diputar di Halfway Cafe, Taipei pada 11 November dan di Jiang Shan Yi Gai Suo, Hsinchu tanggal 14 November.
Wu Ting-Kuan (吳庭寬), peneliti musik dan komunitas pekerja migran Indonesia (PMI) di Taiwan, yang menyelenggarakan dua pemutaran ini menjelaskan, tujuan diputarnya "Wisisi Nit Meke" di utara Taiwan, untuk lebih memperkenalkan keragaman komunitas Indonesia yang ada di Taiwan.
Menurut Wu, saat ini mayoritas PMI di Taiwan berasal dari wilayah Pulau Jawa, sehingga kebudayaan Indonesia yang muncul di Taiwan juga didominasi oleh komunitas tersebut.
"Jadi tujuannya adalah menghadirkan budaya Indonesia yang bukan dari Jawa sekaligus memperlihatkan bahwa komunitas Indonesia di Taiwan sangat beragam," kata Wu.
Pemutaran di Taipei dan Hsinchu juga akan diisi dengan sesi diskusi yang menghadirkan Asep Nayak dan seniman Indonesia Wok the Rock.
Dari Taiwan, akan ada Posak Jodian, seorang seniman dari suku orang asli Taiwan yang jadi pembicara di pemutaran Taipei, sementara di Hsinchu, Profesor Hao Li Lin (林浩立) seorang musisi dan peneliti hip hop dari National Tsing Hua University yang ambil bagian.
Film dokumenter "Wisisi Nit Meke" yang dirilis pada 2023 melalui label independen, Yes No Wave ini sudah diputar di sejumlah festival internasional seperti Worldwide Music Expo (WOMEX) di Inggris, New Zealand, dan di Taipei Biennial pada 2024.
Film ini juga meraih Piala Citra untuk nominasi Dokumenter Pendek Terbaik di tahun 2023. Untuk pemutaran di Taiwan kali ini menjadi spesial karena sudah memiliki terjemahan Mandarin.
Selesai/JC