Taipei, 8 Juli (CNA) Sebanyak 418 relawan pemuda dari 22 negara mengikuti sebuah kamp musim panas di mana mereka akan tergabung dalam tim aksi yang mengajar bahasa Inggris di 68 sekolah dasar dan menengah pertama di seluruh Taiwan, dengan pembukaan yang digelar di Asia University hari Senin (7/7).
Acara yang digelar Dewan Urusan Komunitas Luar Negeri (OCAC), Kementerian Pendidikan (MOE), dan Dewan Urusan Hakka (HAC) sejak Sabtu lalu hingga 1 Agustus ini telah mencapai tonggak ke-20 sejak pertama kali diluncurkan dua dekade lalu.
Para relawan menjalani pelatihan intensif yang diselenggarakan MOE di Asia University, di mana mereka mempelajari metode pengajaran bahasa, komunikasi lintas budaya, manajemen kelas, serta perancangan rencana pelajaran.
Setelah pelatihan, para relawan disebar sekolah-sekolah di seluruh Taiwan untuk melaksanakan program pengajaran bahasa Inggris dan pertukaran budaya selama dua pekan untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan praktis siswa dalam mempelajari bahasa asing.
Di akhir program, para relawan juga mengikuti kegiatan wisata budaya guna mengenal lebih dalam keindahan alam dan budaya masyarakat Taiwan, serta merasakan kekhasan Taiwan dalam kehidupan sehari-hari.
Program 2025 ini secara khusus diperluas dengan menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah, sekolah, dan komunitas lokal. Materi pembelajaran dirancang sesuai kondisi lokal, mengintegrasikan sistem sekolah di bawah naungan MOE serta pendekatan pembelajaran multibahasa dan budaya HAC.
Sebagai contoh, di daerah permukiman Hakka, kurikulum akan memuat unsur budaya multibahasa Taiwan dan mendorong siswa untuk mengungkapkan identitas bahasa dan latar belakang budaya mereka dalam bahasa Inggris.
Program ini telah menarik lebih dari sepuluh ribu relawan pemuda dari seluruh dunia untuk datang ke Taiwan dan telah melayani hampir 50.000 siswa di sekolah dasar dan menengah.
OCAC menyatakan bahwa peringatan 20 tahun kegiatan ini sangat bermakna, karena telah menciptakan banyak kenangan bersama antara para pemuda luar negeri dan pelajar di Taiwan.
Program ini juga berperan penting dalam mendorong implementasi pendidikan dwibahasa di seluruh wilayah Taiwan, sekaligus menekankan pentingnya keberagaman budaya dan pemahaman antar etnis, kata dewan tersebut.
Setiap relawan, kata OCAC, bukan hanya penggerak pembelajaran bahasa Inggris, tetapi juga menjadi jembatan pemahaman budaya Taiwan dan benih persahabatan antarbangsa.
(Oleh Chao Li-yen dan Jason Cahyadi)
Selesai/IF